1
الۤمّۤ ۚ
Alif lām mīm.
Alif Lām Mīm. 4)
Catatan
Kaki
4) Dalam Al-Qur’an terdapat 29 surah yang dibuka
dengan huruf Arab yang muqaṭṭa‘ah (dibaca nama hurufnya), seperti Alif lām
mīm, Alif lām rā, dan sebagainya. Hanya Allah Swt. yang mengetahui makna
sesungguhnya dari rangkaian huruf-huruf tersebut. Namun, dilihat dari
fungsinya, ada yang berpendapat bahwa rangkaian huruf-huruf itu bertujuan untuk
menarik perhatian atau untuk menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an.
2
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ
Żālikal-kitābu lā
raiba fīh(i), hudal lil-muttaqīn(a).
Kitab (Al-Qur’an) ini
tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang
bertakwa,
3
الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ
وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ
Al-lażīna yu'minūna
bil-gaibi wa yuqīmūnaṣ-ṣalāta wa mimmā razaqnāhum
yunfiqūn(a).
(yaitu)
orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan
sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka,
4
وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ
اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ
Wal-lażīna yu'minūna
bimā unzila ilaika wa mā unzila min qablik(a), wabil-ākhirati hum yūqinūn(a).
dan mereka yang
beriman pada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad) dan
(kitab-kitab suci) yang telah diturunkan sebelum engkau dan mereka yakin akan
adanya akhirat.
5
اُولٰۤىِٕكَ عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْ ۙ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ
الْمُفْلِحُوْنَ
Ulā'ika ‘alā hudam mir
rabbihim wa ulā'ika humul-mufliḥūn(a).
Merekalah yang
mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
6
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ
اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Innal-lażīna kafarū
sawā'un ‘alaihim a'anżartahum am lam tunżirhum lā yu'minūn(a).
Sesungguhnya
orang-orang yang kufur itu sama saja bagi mereka, apakah engkau (Nabi Muhammad)
beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman.
7
خَتَمَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَعَلٰى سَمْعِهِمْ ۗ وَعَلٰٓى
اَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَّلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ ࣖ
Khatamallāhu ‘alā
qulūbihim wa ‘alā sam‘ihim wa ‘alā abṣārihim gisyāwatuw wa
lahum ‘ażābun ‘aẓīm(un).
Allah telah mengunci
hati dan pendengaran mereka.5) Pada penglihatan
mereka ada penutup, dan bagi mereka azab yang sangat berat.
Catatan
Kaki
5) Allah Swt. telah mengunci hati dan telinga
orang kafir sehingga nasihat atau hidayah tidak bisa masuk ke dalam hatinya.
8
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَبِالْيَوْمِ
الْاٰخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِيْنَۘ
Wa minan-nāsi may
yaqūlu āmannā billāhi wa bil-yaumil-ākhiri wa mā hum bimu'minīn(a).
Di antara manusia ada
yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari Akhir,” padahal sesungguhnya
mereka itu bukanlah orang-orang mukmin.
9
يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۚ وَمَا يَخْدَعُوْنَ
اِلَّآ اَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَۗ
Yukhādi‘ūnallāha
wal-lażīna āmanū wa mā yakhda‘ūna illā anfusahum wa mā yasy‘urūn(a).
Mereka menipu Allah
dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa
mereka sadari.
10
فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًاۚ وَلَهُمْ
عَذَابٌ اَلِيْمٌ ۢ ەۙ بِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ
Fī qulūbihim maraḍun fa zādahumullāhu maraḍā(n), wa lahum ‘ażābun
alīmum bimā kānū yakżibūn(a).
Dalam hati mereka ada
penyakit,6) lalu Allah menambah penyakitnya dan
mereka mendapat azab yang sangat pedih karena mereka selalu berdusta.
Catatan
Kaki
6) Penyakit hati yang dimaksud adalah keraguan
tentang kebenaran agama Islam, kemunafikan, atau kebencian terhadap kenabian
Rasulullah saw.
11
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِۙ قَالُوْٓا
اِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُوْنَ
Wa iżā qīla lahum lā
tufsidū fil-arḍ(i), qālū innamā naḥnu muṣliḥūn(a).
Apabila dikatakan
kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi,”7) mereka menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah orang-orang
yang melakukan perbaikan.”
Catatan
Kaki
7) Di antara bentuk kerusakan di atas bumi
adalah kekufuran, kemaksiatan, menyebarkan rahasia orang mukmin, dan memberikan
loyalitas kepada orang kafir. Melanggar nilai-nilai yang ditetapkan agama akan
mengakibatkan alam ini rusak, bahkan hancur.
12
اَلَآ اِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُوْنَ وَلٰكِنْ لَّا يَشْعُرُوْنَ
Alā innahum
humul-mufsidūna wa lākil lā yasy‘urūn(a).
Ingatlah, sesungguhnya
merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari.
13
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ اٰمِنُوْا كَمَآ اٰمَنَ النَّاسُ قَالُوْٓا
اَنُؤْمِنُ كَمَآ اٰمَنَ السُّفَهَاۤءُ ۗ اَلَآ اِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاۤءُ
وَلٰكِنْ لَّا يَعْلَمُوْنَ
Wa iżā qīla lahum
āminū kamā āmanan nāsu qālū anu'minu kamā āmanas-sufahā'(u), alā innahum
humus-sufahā'u wa lākil lā ya‘lamūn(a).
Apabila dikatakan
kepada mereka, “Berimanlah kamu sebagaimana orang lain telah beriman,” mereka
menjawab, “Apakah kami akan beriman seperti orang-orang yang picik akalnya itu
beriman?” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang picik akalnya,
tetapi mereka tidak tahu.
14
وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّا ۚ وَاِذَا
خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ ۙ قَالُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْ ۙاِنَّمَا نَحْنُ
مُسْتَهْزِءُوْنَ
Wa iżā laqul-lażīna
āmanū qālū āmannā, wa iżā khalau ilā syayāṭīnihim qālū innā ma‘akum,
innamā naḥnu mustahzi'ūn(a).
Apabila mereka
berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Akan
tetapi apabila mereka menyendiri dengan setan-setan (para pemimpin) mereka,
mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya pengolok-olok.”
15
اَللّٰهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِيْ طُغْيَانِهِمْ
يَعْمَهُوْنَ
Allāhu yastahzi'u
bihim wa yamudduhum fī ṭugyānihim ya‘mahūn(a).
Allah akan
memperolok-olokkan dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.
16
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اشْتَرَوُا الضَّلٰلَةَ بِالْهُدٰىۖ فَمَا
رَبِحَتْ تِّجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوْا مُهْتَدِيْنَ
Ulā'ikal-lażīnasytarawuḍ-ḍalālata bil-hudā, famā rabiḥat tijāratuhum wa mā kānū muhtadīn(a).
Mereka itulah
orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka, tidaklah beruntung
perniagaannya dan mereka bukanlah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.
17
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِى اسْتَوْقَدَ نَارًا ۚ فَلَمَّآ
اَضَاۤءَتْ مَا حَوْلَهٗ ذَهَبَ اللّٰهُ بِنُوْرِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِيْ ظُلُمٰتٍ
لَّا يُبْصِرُوْنَ
Maṡaluhum kamaṡalil-lażistauqada nārā(n), falammā aḍā'at mā ḥaulahūū żahaballāhu binūrihim wa tarakahum fī ẓulumātil lā yubṣirūn(a).
Perumpamaan mereka
seperti orang yang menyalakan api. Setelah (api itu) menerangi sekelilingnya,
Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam
kegelapan, tidak dapat melihat.
18
صُمٌّ ۢ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُوْنَۙ
Ṣummum bukmun ‘umyun fahum lā yarji‘ūn(a).
(Mereka)
tuli, bisu, lagi buta, sehingga mereka tidak dapat kembali.
19
اَوْ كَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ فِيْهِ ظُلُمٰتٌ وَّرَعْدٌ
وَّبَرْقٌۚ يَجْعَلُوْنَ اَصَابِعَهُمْ فِيْٓ اٰذَانِهِمْ مِّنَ الصَّوَاعِقِ
حَذَرَ الْمَوْتِۗ وَاللّٰهُ مُحِيْطٌۢ بِالْكٰفِرِيْنَ
Au kaṣayyibim minas-samā'i fīhi ẓulumātuw wa ra‘duw wa
barq(un), yaj‘alūna aṣābi‘ahum fī āżānihim minaṣ-ṣawā‘iqi ḥażaral-maut(i), wallāhu
muḥīṭum bil- kāfirīn(a).
Atau, seperti (orang
yang ditimpa) hujan lebat dari langit yang disertai berbagai kegelapan, petir,
dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya (untuk menghindari)
suara petir itu karena takut mati. Allah meliputi orang-orang yang kafir.8)
Catatan
Kaki
8) Maksudnya adalah bahwa pengetahuan dan
kekuasaan Allah Swt. meliputi orang-orang kafir.
20
يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ اَبْصَارَهُمْ ۗ كُلَّمَآ اَضَاۤءَ
لَهُمْ مَّشَوْا فِيْهِ ۙ وَاِذَآ اَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوْا ۗوَلَوْ شَاۤءَ
اللّٰهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَاَبْصَارِهِمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيْرٌ ࣖ
Yakādul-barqu yakhṭafu abṣārahum, kullamā aḍā'a lahum masyau fīh(i), wa iżā aẓlama ‘alaihim qāmū, wa
lau syā'allāhu lażahaba bisam‘ihim wa abṣārihim, innallāha ‘alā
kulli syai'in qadīr(un).
Hampir saja kilat itu
menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu) menyinari, mereka
berjalan di bawah (sinar) itu. Apabila gelap menerpa mereka, mereka berdiri
(tidak bergerak). Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia menghilangkan
pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
21
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ
وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Yā ayyuhan-nāsu‘budū
rabbakumul-lażī khalaqakum wal-lażīna min qablikum la‘allakum tattaqūn(a).
Wahai manusia,
sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu
agar kamu bertakwa.
22
الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَاۤءَ
بِنَاۤءً ۖوَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ
رِزْقًا لَّكُمْ ۚ فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ اَنْدَادًا وَّاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Allażī ja‘ala
lakumul-arḍa firāsyaw was-samā'a binā'ā(n), wa anzala
minas-samā'i mā'an fa akhraja bihī minaṡ-ṡamarāti rizqal lakum, falā taj‘alū lillāhi andādaw wa antum ta‘lamūn(a).
(Dialah)
yang menjadikan bagimu bumi (sebagai) hamparan dan langit sebagai atap, dan
Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan
(hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untuk kamu. Oleh karena itu, janganlah
kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui.
23
وَاِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا
فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهٖ ۖ وَادْعُوْا شُهَدَاۤءَكُمْ مِّنْ دُوْنِ
اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
Wa in kuntum fī raibim
mimmā nazzalnā ‘alā ‘abdinā fa'tū bisūratim mim miṡlih(ī), wad‘ū syuhadā'akum min dūnillāhi in kuntum ṣādiqīn(a).
Jika kamu (tetap)
dalam keraguan tentang apa (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami
(Nabi Muhammad), buatlah satu surah yang semisal dengannya dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
24
فَاِنْ لَّمْ تَفْعَلُوْا وَلَنْ تَفْعَلُوْا فَاتَّقُوا النَّارَ
الَّتِيْ وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ ۖ اُعِدَّتْ لِلْكٰفِرِيْنَ
Fa'illam taf‘alū wa
lan taf‘alū fattaqun-nāral-latī waqūduhan-nāsu wal-ḥijārah(tu), u‘iddat lil-kāfirīn(a).
Jika kamu tidak
(mampu) membuat(-nya) dan (pasti) kamu tidak akan (mampu) membuat(-nya),
takutlah pada api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu yang
disediakan bagi orang-orang kafir.
25
وَبَشِّرِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ
لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ ۗ كُلَّمَا رُزِقُوْا مِنْهَا
مِنْ ثَمَرَةٍ رِّزْقًا ۙ قَالُوْا هٰذَا الَّذِيْ رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ
وَاُتُوْا بِهٖ مُتَشَابِهًا ۗوَلَهُمْ فِيْهَآ اَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَّهُمْ
فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
Wa basysyiril-lażīna
āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti anna lahum jannātin tajrī min taḥtihal- anhār(u), kullamā ruziqū minhā min ṡamaratir rizqā(n), qālū hāżal-lażī ruziqnā min qablu wa utū bihī
mutasyābihā(n), wa lahum fīhā azwājum muṭahharatuw wa hum fīhā
khālidūn(a).
Sampaikanlah kabar
gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa untuk mereka
(disediakan) surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali
diberi rezeki buah-buahan darinya, mereka berkata, “Inilah rezeki yang
diberikan kepada kami sebelumnya.” Mereka telah diberi (buah-buahan) yang
serupa dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang disucikan. Mereka
kekal di dalamnya.
26
۞ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَسْتَحْيٖٓ اَنْ يَّضْرِبَ مَثَلًا مَّا
بَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۗ فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَيَعْلَمُوْنَ
اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۚ وَاَمَّا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَيَقُوْلُوْنَ
مَاذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِهٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهٖ كَثِيْرًا وَّيَهْدِيْ
بِهٖ كَثِيْرًا ۗ وَمَا يُضِلُّ بِهٖٓ اِلَّا الْفٰسِقِيْنَۙ
Innallāha lā yastaḥyī ay yaḍriba maṡalam mā ba‘ūḍatan famā fauqahā, fa'ammal- lażīna āmanū faya‘lamūna annahul-ḥaqqu mir rabbihim, wa ammal-lażīna kafarū fayaqūlūna māżā arādallāhu
bihāżā maṡalā(n), yuḍillu bihī kaṡīraw wa yahdī bihī kaṡīrā(n), wa mā yuḍillu bihī illal-fāsiqīn(a).
Sesungguhnya Allah
tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil daripada
itu.9) Adapun orang-orang yang beriman
mengetahui bahwa itu kebenaran dari Tuhannya. Akan tetapi, orang-orang kafir
berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan (perumpamaan) itu
banyak orang yang disesatkan-Nya.10) Dengan itu pula
banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Namun, tidak ada yang Dia sesatkan
dengan (perumpamaan) itu, selain orang-orang fasik,11)
Catatan
Kaki
9) Makhluk yang kecil yang dikira lemah, seperti
nyamuk, semut, lebah, laba-laba, atau lainnya, sebenarnya banyak menyimpan
hikmah untuk menjadi pelajaran bagi manusia. 10) Seseorang menjadi
sesat karena keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah Swt.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa mereka ingkar dan tidak mau memahami mengapa
Allah Swt. menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan. Akibatnya, mereka menjadi
sesat. 11) Orang fasik adalah orang yang melanggar
ketentuan-ketentuan agama, baik dengan ucapan maupun perbuatan.
27
الَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مِيْثَاقِهٖۖ
وَيَقْطَعُوْنَ مَآ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖٓ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى
الْاَرْضِۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
Allażīna yanquḍūna ‘ahdallāhi mim ba‘di mīṡāqih(ī), wa yaqṭa‘ūna mā amarallāhu bihī ay yūṣala wa yufsidūna
fil-arḍ(i), ulā'ika humul-khāsirūn(a).
(yaitu)
orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah (perjanjian) itu
diteguhkan, memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan
(silaturahmi), dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang yang
rugi.
28
كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِاللّٰهِ وَكُنْتُمْ اَمْوَاتًا
فَاَحْيَاكُمْۚ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ اِلَيْهِ
تُرْجَعُوْنَ
Kaifa takfurūna
billāhi wa kuntum amwātan fa'aḥyākum, ṡumma yumītukum ṡumma yuḥyīkum ṡumma ilaihi turja‘ūn(a).
Bagaimana kamu ingkar
kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian
Dia akan mematikan kamu, Dia akan menghidupkan kamu kembali, dan kepada-Nyalah
kamu dikembalikan?
29
هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا ثُمَّ
اسْتَوٰٓى اِلَى السَّمَاۤءِ فَسَوّٰىهُنَّ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ ۗ وَهُوَ بِكُلِّ
شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Huwal-lażī khalaqa
lakum mā fil-arḍi jamī‘ā(n), ṡummastawā ilas-samā'i
fasawwāhunna sab‘a samāwāt(in), wa huwa bikulli syai'in ‘alīm(un).
Dialah (Allah) yang
menciptakan segala yang ada di bumi untukmu, kemudian Dia menuju ke langit,
lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit.12) Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Catatan
Kaki
12) Langit yang bermakna ruang di luar bumi
dengan segala isinya (bulan, planet, komet, bintang, galaksi) yang jumlahnya
tidak berhingga (disimbolkan dengan ungkapan tujuh langit) sesungguhnya terus
berevolusi. Banyak bintang yang mati, namun banyak juga bintang yang lahir.
Adapun yang dimaksud dengan menyempurnakan adalah terus berlangsungnya proses
pembentukan bintang-bintang baru sejak pembentukan alam semesta.
30
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى
الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا
وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ
اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
Wa iż qāla rabbuka
lil-malā'ikati innī jā‘ilun fil-arḍi khalīfah(tan), qālū
ataj‘alu fīhā may yufsidu fīhā wa yasfikud-dimā'(a), wa naḥnu nusabbiḥu biḥamdika wa nuqaddisu
lak(a), qāla innī a‘lamu mā lā ta‘lamūn(a).
(Ingatlah)
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah13) di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan
orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu
dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang
tidak kamu ketahui.”
Catatan
Kaki
13) Dalam Al-Qur’an, kata khalīfah memiliki makna
‘pengganti’, ‘pemimpin’, ‘penguasa’, atau ‘pengelola alam semesta’.
31
وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى
الْمَلٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ اَنْۢبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ هٰٓؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ
صٰدِقِيْنَ
Wa ‘allama
ādamal-asmā'a kullahā ṡumma ‘araḍahum ‘alal-malā'ikati
faqāla ambi'ūnī bi'asmā'i hā'ulā'i in kuntum ṣādiqīn(a).
Dia mengajarkan kepada
Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkannya kepada para
malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu
benar!”
32
قَالُوْا سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا
ۗاِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ
Qālū subḥānaka lā ‘ilma lanā illā mā ‘allamtanā, innaka antal-‘alīmul-ḥakīm(u).
Mereka menjawab, “Maha
Suci Engkau. Tidak ada pengetahuan bagi kami, selain yang telah Engkau ajarkan
kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
33
قَالَ يٰٓاٰدَمُ اَنْۢبِئْهُمْ بِاَسْمَاۤىِٕهِمْ ۚ فَلَمَّآ
اَنْۢبَاَهُمْ بِاَسْمَاۤىِٕهِمْۙ قَالَ اَلَمْ اَقُلْ لَّكُمْ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ
غَيْبَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۙ وَاَعْلَمُ مَا تُبْدُوْنَ وَمَا كُنْتُمْ
تَكْتُمُوْنَ
Qāla yā ādamu ambi'hum
bi'asmā'ihim, falammā amba'ahum bi'asmā'ihim, qāla alam aqul lakum innī a‘lamu
gaibas-samāwāti wal-arḍ(i), wa a‘lamu mā tubdūna wa mā kuntum taktumūn(a).
Dia (Allah) berfirman,
“Wahai Adam, beri tahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu!” Setelah dia
(Adam) menyebutkan nama-nama itu, Dia berfirman, “Bukankah telah Kukatakan
kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa
yang kamu nyatakan dan apa yang selalu kamu sembunyikan?”
34
وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا
اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ
Wa iż qulnā
lil-malā'ikatisjudū li ādama fasajadū illā iblīs(a), abā wastakbara wa kāna
minal-kāfirīn(a).
(Ingatlah)
ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka,
mereka pun sujud, kecuali Iblis.14) Ia menolaknya
dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir.
Catatan
Kaki
14) Iblis, sebagaimana malaikat, juga menerima
perintah dari Allah untuk bersujud kepada Adam. Iblis berasal dari golongan
jin.
35
وَقُلْنَا يٰٓاٰدَمُ اسْكُنْ اَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا
مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَاۖ وَلَا تَقْرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ
فَتَكُوْنَا مِنَ الظّٰلِمِيْنَ
Wa qulnā yā ādamuskun
anta wa zaujukal-jannata wa kulā minhā ragadan ḥaiṡu syi'tumā, wa lā taqrabā hāżihisy-syajarata fa takūnā minaẓ-ẓālimīn(a).
Kami berfirman, “Wahai
Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat
(berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon
ini,15) sehingga kamu termasuk orang-orang
zalim!”16)
Catatan
Kaki
15) Setan menipu Nabi Adam a.s. bahwa siapa yang
memakan buah pohon itu akan kekal di dalam surga (lihat surah Ṭāhā [20]: 120).
16) Yaitu orang yang
berbuat aniaya yang mengakibatkan kerugian bagi dirinya sendiri atau orang
lain.
36
فَاَزَلَّهُمَا الشَّيْطٰنُ عَنْهَا فَاَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا
فِيْهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوْا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚ وَلَكُمْ فِى
الْاَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَّمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ
Fa'azallahumasy-syaiṭānu ‘anhā fa akhrajahumā mimmā kānā fīh(i), wa qulnahbiṭū ba‘ḍukum liba‘ḍin ‘aduww(un), wa
lakum fil-arḍi mustaqarruw wa matā‘un ilā ḥīn(in).
Lalu, setan
menggelincirkan keduanya darinya17) sehingga
keduanya dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya ada di sana
(surga). Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang
lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu
yang ditentukan.”
Catatan
Kaki
17) Nabi Adam a.s. dan Hawa memakan buah pohon
yang dilarang itu sehingga diusir Allah Swt. dari surga dan diturunkan ke
dunia.
37
فَتَلَقّٰٓى اٰدَمُ مِنْ رَّبِّهٖ كَلِمٰتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۗ
اِنَّهٗ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
Fatalaqqā ādamu mir
rabbihī kalimātin fatāba ‘alaih(i), innahū huwat-tawwābur- raḥīm(u).
Kemudian, Adam
menerima beberapa kalimat18) dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima
tobatnya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
Catatan
Kaki
18) Yang dimaksud dengan beberapa kalimat pada
ayat ini adalah ucapan untuk memohon ampunan (tobat) dari Allah Swt., seperti
disebut dalam surah al-A‘rāf (7): 23.
38
قُلْنَا اهْبِطُوْا مِنْهَا جَمِيْعًا ۚ فَاِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ
مِّنِّيْ هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ
يَحْزَنُوْنَ
Qulnahbiṭū minhā jamī‘ā(n), fa'immā ya'tiyannakum minnī hudan faman
tabi‘a hudāya falā khaufun ‘alaihim wa lā hum yaḥzanūn(a).
Kami berfirman,
“Turunlah kamu semua dari surga! Lalu, jika benar-benar datang petunjuk-Ku
kepadamu, siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku tidak ada rasa takut yang
menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih hati.”
39
وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَكَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَآ اُولٰۤىِٕكَ
اَصْحٰبُ النَّارِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ ࣖ
Wal-lażīna kafarū wa
każżabū bi'āyātinā ulā'ika aṣḥābun-nār(i), hum fīhā khālidūn(a).
(Sementara
itu,) orang-orang yang mengingkari dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka
itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.
40
يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اذْكُرُوْا نِعْمَتِيَ الَّتِيْٓ
اَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَاَوْفُوْا بِعَهْدِيْٓ اُوْفِ بِعَهْدِكُمْۚ وَاِيَّايَ
فَارْهَبُوْنِ
Yā banī isrā'īlażkurū
ni‘matiyal-latī an‘amtu ‘alaikum wa aufū bi‘ahdī ūfi bi‘ahdikum, wa iyyāya
farhabūn(i).
Wahai Bani Israil,19) ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu dan
penuhilah janjimu kepada-Ku,20) niscaya Aku
penuhi janji-Ku kepadamu. Hanya kepada-Ku hendaknya kamu takut.
Catatan
Kaki
19) Israil adalah nama lain Nabi Ya‘qub a.s. Oleh
karena itu, Bani Israil adalah keturunan Nabi Ya‘qub a.s. yang sekarang dikenal
sebagai bangsa Yahudi. 20) Di antara janji Bani Israil kepada Allah Swt.
ialah hanya menyembah-Nya, tidak menyekutukan-Nya, dan beriman kepada Nabi
Muhammad saw. sebagaimana yang tersebut di dalam Taurat.
41
وَاٰمِنُوْا بِمَآ اَنْزَلْتُ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَكُمْ وَلَا
تَكُوْنُوْٓا اَوَّلَ كَافِرٍۢ بِهٖ ۖ وَلَا تَشْتَرُوْا بِاٰيٰتِيْ ثَمَنًا
قَلِيْلًا ۖوَّاِيَّايَ فَاتَّقُوْنِ
Wa āminū bimā anzaltu
muṣaddiqal limā ma‘akum wa lā takūnū awwala kāfirim
bih(ī), wa lā tasytarū bi'āyātī ṡamanan qalīlā(n), wa
iyyāya fattaqūn(i).
Berimanlah kamu kepada
apa (Al-Qur’an) yang telah Aku turunkan sebagai pembenar bagi apa yang ada pada
kamu (Taurat) dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya.
Janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga murah dan bertakwalah hanya
kepada-Ku.
42
وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ
وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Wa lā talbisul-ḥaqqa bil-bāṭili wa taktumul-ḥaqqa wa antum ta‘lamūn(a).
Janganlah kamu
campuradukkan kebenaran dengan kebatilan21) dan (jangan
pula) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahui(-nya).
Catatan
Kaki
21) Yang dimaksud dengan kebatilan adalah
kesalahan, kejahatan, kemungkaran, dan sebagainya.