Audio Surat Al-Kahfi 1-110
1
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلٰى عَبْدِهِ الْكِتٰبَ
وَلَمْ يَجْعَلْ لَّهٗ عِوَجًا ۜ
Al-ḥamdu lillāhil-lażī anzala ‘alā ‘abdihil-kitāba wa lam yaj‘al lahū
‘iwajā(n).
Segala puji bagi Allah
yang telah menurunkan Kitab Suci (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak
membuat padanya sedikit pun kebengkokan.442)
Catatan
Kaki
442) Dalam Al-Qur’an, tidak ada makna yang saling
berlawanan dan tidak ada penyimpangan dari kebenaran.
2
قَيِّمًا لِّيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيْدًا مِّنْ لَّدُنْهُ
وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ
اَجْرًا حَسَنًاۙ
Qayyimal liyunżira
ba'san syadīdam mil ladunhu wa yubasysyiral-mu'minīnal-lażīna ya‘malūnaṣ-ṣāliḥāti anna lahum ajran ḥasanā(n).
(Dia
menjadikannya kitab) yang lurus agar Dia memberi peringatan akan siksa yang
sangat pedih dari sisi-Nya dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin
yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik.
3
مّٰكِثِيْنَ فِيْهِ اَبَدًاۙ
Mākiṡīna fīhi abadā(n).
Mereka kekal di dalamnya
untuk selama-lamanya.
4
وَّيُنْذِرَ الَّذِيْنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰهُ وَلَدًاۖ
Wa yunżiral-lażīna
qāluttakhażallāhu waladā(n).
(Dia
menurunkan Al-Qur’an itu) juga agar Dia memberi peringatan kepada orang-orang
yang berkata, “Allah mengangkat seorang anak.”
5
مَّا لَهُمْ بِهٖ مِنْ عِلْمٍ وَّلَا لِاٰبَاۤىِٕهِمْۗ كَبُرَتْ
كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۗ اِنْ يَّقُوْلُوْنَ اِلَّا كَذِبًا
Mā lahum bihī min
‘ilmiw wa lā li'ābā'ihim, kaburat kalimatan takhruju min afwāhihim, iy yaqūlūna
illā każibā(n).
Mereka sama sekali
tidak mempunyai pengetahuan tentang (hal) itu, begitu pula nenek moyang mereka.
Alangkah besar (dosa) perkataan yang keluar dari mulut mereka. Mereka hanya
mengatakan (sesuatu) kebohongan belaka.
6
فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ عَلٰٓى اٰثَارِهِمْ اِنْ لَّمْ
يُؤْمِنُوْا بِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَسَفًا
Fa la‘allaka bākhi‘un
nafsaka ‘alā āṡārihim illam yu'minū bihāżal-ḥadīṡi asafā(n).
Maka, boleh jadi
engkau (Nabi Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah
mereka berpaling sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini
(Al-Qur’an).
7
اِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْاَرْضِ زِيْنَةً لَّهَا
لِنَبْلُوَهُمْ اَيُّهُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا
Innā ja‘alnā mā
‘alal-arḍi zīnatal lahā linabluwahum ayyuhum aḥsanu ‘amalā(n).
Sesungguhnya Kami
telah menjadikan apa yang ada di atas bumi sebagai perhiasan baginya agar Kami
menguji mereka siapakah di antaranya yang lebih baik perbuatannya.
8
وَاِنَّا لَجٰعِلُوْنَ مَا عَلَيْهَا صَعِيْدًا جُرُزًاۗ
Wa innā lajā‘ilūna mā
‘alaihā ṣa‘īdan juruzā(n).
Kami benar-benar akan
menjadikan (pula) apa yang di atasnya sebagai tanah yang tandus lagi kering.
9
اَمْ حَسِبْتَ اَنَّ اَصْحٰبَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيْمِ كَانُوْا
مِنْ اٰيٰتِنَا عَجَبًا
Am ḥasibta anna aṣḥābal-kahfi war-raqīmi kānū min āyātinā ‘ajabā(n).
Apakah engkau mengira
bahwa sesungguhnya para penghuni gua dan (yang mempunyai) raqīm443) benar-benar merupakan keajaiban di antara tanda-tanda
(kebesaran) Kami?
Catatan
Kaki
443) Sebagian mufasir memahami raqīm sebagai nama
anjing dan sebagian yang lain menafsirkannya sebagai batu prasasti berisi
catatan tentang agama tauhid atau nama-nama mereka.
10
اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ
اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا
Iż awal-fityatu
ilal-kahfi fa qālū rabbanā ātinā mil ladunka raḥmataw wa hayyi' lanā
min amrinā rasyadā(n).
(Ingatlah)
ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu berdoa, “Ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu dan mudahkanlah bagi kami
petunjuk untuk segala urusan kami.”
11
فَضَرَبْنَا عَلٰٓى اٰذَانِهِمْ فِى الْكَهْفِ سِنِيْنَ عَدَدًاۙ
Faḍarabnā ‘alā āżānihim fil-kahfi sinīna ‘adadā(n).
Maka, Kami tutup
telinga mereka di dalam gua itu444) selama
bertahun-tahun.
Catatan
Kaki
444) Allah Swt. menidurkan mereka selama 309 tahun
qamariah dalam gua itu (lihat ayat 25 surah ini) sehingga mereka tidak dapat
dibangunkan oleh suara apa pun.
12
ثُمَّ بَعَثْنٰهُمْ لِنَعْلَمَ اَيُّ الْحِزْبَيْنِ اَحْصٰى لِمَا
لَبِثُوْٓا اَمَدًا ࣖ
Ṡumma ba‘aṡnāhum lina‘lama ayyul-ḥizbaini aḥṣā limā labiṡū amadā(n).
Kemudian Kami
bangunkan mereka supaya Kami mengetahui manakah di antara dua golongan itu445) yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka
tinggal (dalam gua itu).
Catatan
Kaki
445) Dua golongan itu ialah pemuda-pemuda itu
sendiri yang berselisih tentang berapa lama mereka tinggal dalam gua itu.
13
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَاَهُمْ بِالْحَقِّۗ اِنَّهُمْ
فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًىۖ
Naḥnu naquṣṣu ‘alaika naba'ahum bil-ḥaqq(i), innahum fityatun āmanū birabbihim wa zidnāhum hudā(n).
Kami menceritakan
kepadamu (Nabi Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka
adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami menambahkan
petunjuk kepada mereka.
14
وَّرَبَطْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ اِذْ قَامُوْا فَقَالُوْا
رَبُّنَا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ لَنْ نَّدْعُوَا۟ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلٰهًا
لَّقَدْ قُلْنَآ اِذًا شَطَطًا
Wa rabaṭnā ‘alā qulūbihim iż qāmū fa qālū rabbunā rabbus-samāwāti wal-arḍi lan nad‘uwa min dūnihī ilāhal laqad qulnā iżan syaṭaṭā(n).
Kami meneguhkan hati
mereka ketika mereka berdiri446) lalu berkata,
“Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi. Kami tidak akan menyeru Tuhan selain
Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, kami telah mengucapkan perkataan
yang sangat jauh dari kebenaran.”
Catatan
Kaki
446) Bangun dan menghadap Raja Dikyanus yang zalim
dan sombong.
15
هٰٓؤُلَاۤءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةًۗ
لَوْلَا يَأْتُوْنَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطٰنٍۢ بَيِّنٍۗ فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ
افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًاۗ
Hā'ulā'i
qaumunattakhażū min dūnihī ālihah(tan), lau lā ya'tūna ‘alaihim bisulṭānim bayyin(in), faman aẓlamu mimmaniftarā ‘alallāhi
każibā(n).
(Salah
seorang dari para pemuda itu berkata kepada yang lain,) “Mereka itu kaum kami
yang telah menjadikan tuhan-tuhan (untuk disembah) selain Dia. Mengapa mereka
tidak mengemukakan alasan yang jelas (tentang kepercayaan mereka)? Maka,
siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah?
16
وَاِذِ اعْتَزَلْتُمُوْهُمْ وَمَا يَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ
فَأْوٗٓا اِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِّنْ رَّحْمَتِهٖ
وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِّنْ اَمْرِكُمْ مِّرْفَقًا
Wa iżi‘tazaltumūhum wa
mā ya‘budūna illallāha fa'wū ilal-kahfi yansyur lakum rabbukum mir raḥmatihī wa yuhayyi' lakum min amrikum mirfaqā(n).
Karena kamu juga telah
meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka berlindunglah
ke dalam gua itu. (Dengan demikian,) niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian
rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan bagimu sesuatu yang berguna bagi urusanmu.”447)
Catatan
Kaki
447) Perkataan ini terjadi antara mereka itu
sendiri yang timbulnya karena ilham dari Allah Swt.
17
۞ وَتَرَى الشَّمْسَ اِذَا طَلَعَتْ تَّزٰوَرُ عَنْ كَهْفِهِمْ
ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَاِذَا غَرَبَتْ تَّقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِيْ
فَجْوَةٍ مِّنْهُۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ ۗمَنْ يَّهْدِ اللّٰهُ فَهُوَ
الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ وَلِيًّا مُّرْشِدًا ࣖ
Wa tarasy-syamsa iżā ṭala‘at tazāwaru ‘an kahfihim żātal-yamīni wa iżā garabat taqriḍuhum żātasy-syimāli wa hum fī fajwatim minh(u), żālika min āyātillāh(i),
may yahdillāhu fa huwal-muhtadi wa may yuḍlil falan tajida lahū
waliyyam mursyidā(n).
Engkau akan melihat
matahari yang ketika terbit condong ke sebelah kanan dari gua mereka dan yang
ketika terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri, sedang mereka berada di tempat
yang luas di dalamnya (gua itu). Itu adalah sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Allah. Siapa yang Allah memberinya petunjuk, dialah yang mendapat
petunjuk. Siapa yang Dia sesatkan, engkau tidak akan menemukan seorang penolong
pun yang dapat memberinya petunjuk.
18
وَتَحْسَبُهُمْ اَيْقَاظًا وَّهُمْ رُقُوْدٌ ۖوَّنُقَلِّبُهُمْ
ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَذَاتَ الشِّمَالِ ۖوَكَلْبُهُمْ بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ
بِالْوَصِيْدِۗ لَوِ اطَّلَعْتَ عَلَيْهِمْ لَوَلَّيْتَ مِنْهُمْ فِرَارًا
وَّلَمُلِئْتَ مِنْهُمْ رُعْبًا
Wa taḥsabuhum aiqāẓaw wa hum ruqūd(un), wa nuqallibuhum żātal-yamīni
wa żātasy-syimāl(i), wa kalbuhum bāsiṭun żirā‘aihi bil-waṣīd(i), lawiṭṭala‘ta ‘alaihim lawallaita minhum firāraw wa
lamuli'ta minhum ru‘bā(n).
Engkau mengira mereka
terjaga, padahal mereka tidur. Kami membolak-balikkan mereka ke kanan dan ke
kiri, sedangkan anjing mereka membentangkan kedua kaki depannya di muka pintu
gua. Seandainya menyaksikan mereka, tentu engkau akan berpaling melarikan
(diri) dari mereka dan pasti akan dipenuhi rasa takut terhadap mereka.
19
وَكَذٰلِكَ بَعَثْنٰهُمْ لِيَتَسَاۤءَلُوْا بَيْنَهُمْۗ قَالَ
قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْۗ قَالُوْا لَبِثْنَا يَوْمًا اَوْ بَعْضَ
يَوْمٍۗ قَالُوْا رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْۗ فَابْعَثُوْٓا اَحَدَكُمْ
بِوَرِقِكُمْ هٰذِهٖٓ اِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْظُرْ اَيُّهَآ اَزْكٰى
طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِّنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ
بِكُمْ اَحَدًا
Wa każālika ba‘aṡnāhum liyatasā'alū bainahum, qāla qā'ilum minhum kam labiṡtum, qālū labiṡnā yauman au ba‘ḍa yaum(in), qālū
rabbukum a‘lamu bimā labiṡtum, fab‘aṡū aḥadakum biwariqikum hāżihī ilal-madīnati falyanẓur ayyuhā azkā ṭa‘āman falya'tikum birizqim minhu walyatalaṭṭaf wa lā yusy‘iranna bikum aḥadā(n).
Demikianlah, Kami
membangunkan mereka agar saling bertanya di antara mereka (sendiri). Salah
seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?”
Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Mereka
(yang lain lagi) berkata, “Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di
sini). Maka, utuslah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa
uang perakmu ini. Hendaklah dia melihat manakah makanan yang lebih baik, lalu
membawa sebagian makanan itu untukmu. Hendaklah pula dia berlaku lemah lembut
dan jangan sekali-kali memberitahukan keadaanmu kepada siapa pun.
20
اِنَّهُمْ اِنْ يَّظْهَرُوْا عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوْكُمْ اَوْ
يُعِيْدُوْكُمْ فِيْ مِلَّتِهِمْ وَلَنْ تُفْلِحُوْٓا اِذًا اَبَدًا
Innahum iy yaẓharū ‘alaikum yarjumūkum au yu‘īdūkum fī millatihim wa lan tufliḥū iżan abadā(n).
Sesungguhnya jika
mereka (mengetahui dan) menangkapmu, niscaya mereka akan melemparimu dengan
batu atau memaksamu kembali kepada agama mereka. Jika demikian, niscaya kamu
tidak akan beruntung selama-lamanya.”
21
وَكَذٰلِكَ اَعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ لِيَعْلَمُوْٓا اَنَّ وَعْدَ
اللّٰهِ حَقٌّ وَّاَنَّ السَّاعَةَ لَا رَيْبَ فِيْهَاۚ اِذْ يَتَنَازَعُوْنَ
بَيْنَهُمْ اَمْرَهُمْ فَقَالُوا ابْنُوْا عَلَيْهِمْ بُنْيَانًاۗ رَبُّهُمْ
اَعْلَمُ بِهِمْۗ قَالَ الَّذِيْنَ غَلَبُوْا عَلٰٓى اَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ
عَلَيْهِمْ مَّسْجِدًا
Wa każālika a‘ṡarnā ‘alaihim liya‘lamū anna wa‘dallāhi ḥaqquw wa annas-sā‘ata lā raiba fīhā, iż yatanāza‘ūna bainahum
amrahum fa qālubnū ‘alaihim bun-yānā(n), rabbuhum a‘lamu bihim, qālal-lażīna
galabū ‘alā amrihim lanattakhiżanna ‘alaihim masjidā(n).
Demikian (pula) Kami
perlihatkan (penduduk negeri) kepada mereka agar mengetahui bahwa janji Allah
benar dan bahwa (kedatangan) hari Kiamat tidak ada keraguan padanya. (Hal itu
terjadi) ketika mereka (penduduk negeri) berselisih tentang urusan (penghuni
gua). Kemudian mereka berkata, “Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua itu).
Tuhannya lebih mengetahui (keadaan) mereka (penghuni gua).” Orang-orang yang
berkuasa atas urusan mereka berkata, “Kami pasti akan mendirikan sebuah masjid
di atasnya.”
22
سَيَقُوْلُوْنَ ثَلٰثَةٌ رَّابِعُهُمْ كَلْبُهُمْۚ وَيَقُوْلُوْنَ
خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًاۢ بِالْغَيْبِۚ وَيَقُوْلُوْنَ سَبْعَةٌ
وَّثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ ۗقُلْ رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ مَّا
يَعْلَمُهُمْ اِلَّا قَلِيْلٌ ەۗ فَلَا تُمَارِ فِيْهِمْ اِلَّا مِرَاۤءً ظَاهِرًا
ۖوَّلَا تَسْتَفْتِ فِيْهِمْ مِّنْهُمْ اَحَدًا ࣖ
Sayaqūlūna ṡalāṡatur rābi‘uhum kalbuhum, wa yaqūlūna khamsatun
sādisuhum kalbuhum rajmam bil-gaib(i), wa yaqūlūna sab‘atuw wa ṡāminuhum kalbuhum, qur rabbī a‘lamu bi‘iddatihim mā ya‘lamuhum
illā qalīl(un), falā tumāri fīhim illā mirā'an ẓāhirā(n), wa lā
tastafti fīhim minhum aḥadā(n).
Kelak (sebagian orang)
mengatakan, “(Jumlah mereka) tiga (orang). Yang keempat adalah anjingnya.”
(Sebagian lain) mengatakan, “(Jumlah mereka) lima (orang). Yang keenam adalah
anjingnya,” sebagai terkaan terhadap yang gaib. (Sebagian lain lagi)
mengatakan, “(Jumlah mereka) tujuh (orang). Yang kedelapan adalah anjingnya.”
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka. Tidak ada
yang mengetahui (jumlah) mereka kecuali sedikit.” Oleh karena itu, janganlah
engkau (Nabi Muhammad) berbantah tentang hal mereka, kecuali perbantahan yang
jelas-jelas saja (ringan). Janganlah engkau minta penjelasan tentang mereka
(penghuni gua itu) kepada siapa pun dari mereka (Ahlulkitab).
23
وَلَا تَقُوْلَنَّ لِشَا۟يْءٍ اِنِّيْ فَاعِلٌ ذٰلِكَ غَدًاۙ
Wa lā taqūlanna
lisyai'in innī fā‘ilun żālika gadā(n).
Jangan sekali-kali
engkau mengatakan terhadap sesuatu, “Aku pasti melakukan hal itu besok,”
24
اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ ۖوَاذْكُرْ رَّبَّكَ اِذَا
نَسِيْتَ وَقُلْ عَسٰٓى اَنْ يَّهْدِيَنِ رَبِّيْ لِاَقْرَبَ مِنْ هٰذَا رَشَدًا
Illā ay yasyā'allāh(u),
ważkur rabbaka iżā nasīta wa qul ‘asā ay yahdiyani rabbī li'aqraba min hāżā
rasyadā(n).
kecuali (dengan
mengatakan), “Insyaallah.” Ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan
katakanlah, “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih
dekat kebenarannya daripada ini.”
25
وَلَبِثُوْا فِيْ كَهْفِهِمْ ثَلٰثَ مِائَةٍ سِنِيْنَ
وَازْدَادُوْا تِسْعًا
Wa labiṡū fī kahfihim ṡalāṡa mi'atin sinīna wazdādū
tis‘ā(n).
Mereka tinggal dalam
gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun.
26
قُلِ اللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثُوْا ۚ لَهٗ غَيْبُ السَّمٰوٰتِ
وَالْاَرْضِۗ اَبْصِرْ بِهٖ وَاَسْمِعْۗ مَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّلِيٍّۗ
وَلَا يُشْرِكُ فِيْ حُكْمِهٖٓ اَحَدًا
Qulillāhu a‘lamu bimā
labiṡū, lahū gaibus-samāwāti wal-arḍ(i), abṣir bihī wa asmi‘, mā lahum min dūnihī miw
waliyy(in), wa lā yusyriku fī ḥukmihī aḥadā(n).
Katakanlah, “Allah
lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua). Milik-Nya semua yang
tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah
tajam pendengaran-Nya. Tidak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain Dia
dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan
keputusan.”
27
وَاتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنْ كِتَابِ رَبِّكَۗ لَا
مُبَدِّلَ لِكَلِمٰتِهٖۗ وَلَنْ تَجِدَ مِنْ دُوْنِهٖ مُلْتَحَدًا
Watlu mā ūḥiya ilaika min kitābi rabbik(a), lā mubaddila likalimātih(ī), wa
lan tajida min dūnihī multaḥadā(n).
Bacakanlah (Nabi
Muhammad) apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab Tuhanmu (Al-Qur’an). Tidak
ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya dan engkau tidak akan dapat menemukan
tempat berlindung selain kepada-Nya.
28
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ
بِالْغَدٰوةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ وَلَا تَعْدُ عَيْنٰكَ عَنْهُمْۚ
تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَلَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهٗ
عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ وَكَانَ اَمْرُهٗ فُرُطًا
Waṣbir nafsaka ma‘al-lażīna yad‘ūna rabbahum bil-gadāti wal-‘asyiyyi
yurīdūna wajhahū wa lā ta‘du ‘aināka ‘anhum, turīdu zīnatal-ḥayātid-dun-yā, wa lā tuṭi‘ man agfalnā qalbahū
‘an żikrinā wattaba‘a hawāhu wa kāna amruhū furuṭā(n).
Bersabarlah engkau
(Nabi Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang
hari dengan mengharap keridaan-Nya. Janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Janganlah engkau
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami serta
menuruti hawa nafsunya dan keadaannya melewati batas.
29
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكُمْۗ فَمَنْ شَاۤءَ فَلْيُؤْمِنْ
وَّمَنْ شَاۤءَ فَلْيَكْفُرْۚ اِنَّآ اَعْتَدْنَا لِلظّٰلِمِيْنَ نَارًاۙ اَحَاطَ
بِهِمْ سُرَادِقُهَاۗ وَاِنْ يَّسْتَغِيْثُوْا يُغَاثُوْا بِمَاۤءٍ كَالْمُهْلِ
يَشْوِى الْوُجُوْهَۗ بِئْسَ الشَّرَابُۗ وَسَاۤءَتْ مُرْتَفَقًا
Wa qulil-ḥaqqu mir rabbikum, faman syā'a falyu'miw wa man syā'a falyakfur,
innā a‘tadnā liẓ-ẓālimīna nārā(n), aḥāṭa bihim surādiquhā, wa iy yastagīṡū yugāṡū bimā'in kal-muhli yasywil-wujūh(a), bi'sasy-syarāb(u),
wa sā'at murtafaqā(n).
Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Maka, siapa yang menghendaki
(beriman), hendaklah dia beriman dan siapa yang menghendaki (kufur), biarlah
dia kufur.” Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang-orang zalim
yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (dengan
meminta minum), mereka akan diberi air seperti (cairan) besi yang mendidih yang
menghanguskan wajah. (Itulah) seburuk-buruk minuman dan tempat istirahat yang
paling jelek.
30
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اِنَّا لَا
نُضِيْعُ اَجْرَ مَنْ اَحْسَنَ عَمَلًاۚ
Innal-lażīna āmanū wa
‘amiluṣ-ṣāliḥāti innā lā nuḍī‘u ajra man aḥsana ‘amalā(n).
Sesungguhnya mereka
yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Kami benar-benar tidak akan
menyia-nyiakan pahala orang yang mengerjakan perbuatan baik.
31
اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهِمُ
الْاَنْهٰرُ يُحَلَّوْنَ فِيْهَا مِنْ اَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَّيَلْبَسُوْنَ
ثِيَابًا خُضْرًا مِّنْ سُنْدُسٍ وَّاِسْتَبْرَقٍ مُّتَّكِـِٕيْنَ فِيْهَا عَلَى
الْاَرَاۤىِٕكِۗ نِعْمَ الثَّوَابُۗ وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقًا ࣖ
Ulā'ika lahum jannātu
‘adnin tajrī min taḥtihimul-anhāru yuḥallauna fīhā min asāwira min żahabiw wa yalbasūna ṡiyāban khuḍram min sundusiw wa istabraqim muttaki'īna fīhā
‘alal-arā'ik(i), ni‘maṡ-ṡawāb(u), wa ḥasunat murtafaqā(n).
Mereka itulah yang
memperoleh surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (Dalam surga
itu) mereka diberi hiasan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari
sutra halus dan sutra tebal. Mereka duduk-duduk sambil bersandar di atas
dipan-dipan yang indah. (Itulah) sebaik-baik pahala dan tempat istirahat yang
indah.
32
۞ وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا رَّجُلَيْنِ جَعَلْنَا لِاَحَدِهِمَا
جَنَّتَيْنِ مِنْ اَعْنَابٍ وَّحَفَفْنٰهُمَا بِنَخْلٍ وَّجَعَلْنَا بَيْنَهُمَا
زَرْعًاۗ
Waḍrib lahum maṡalar rajulaini ja‘alnā li'aḥadihimā jannataini min a‘nābiw wa ḥafafnāhumā binakhliw
wa ja‘alnā bainahumā zar‘ā(n).
Berikanlah (Nabi
Muhammad) kepada mereka sebuah perumpamaan, yaitu dua orang laki-laki. Kami
berikan kepada salah satunya (yang kufur) dua kebun anggur. Kami kelilingi
kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma dan Kami buatkan ladang di antara
kedua (kebun) itu.
33
كِلْتَا الْجَنَّتَيْنِ اٰتَتْ اُكُلَهَا وَلَمْ تَظْلِمْ مِّنْهُ
شَيْـًٔاۙ وَّفَجَّرْنَا خِلٰلَهُمَا نَهَرًاۙ
Kiltal-jannataini ātat
ukulahā wa lam taẓlim minhu syai'ā(n), wa fajjarnā khilālahumā
naharā(n).
Kedua kebun itu
menghasilkan buahnya dan tidak berkurang (buahnya) sedikit pun. Kami pun
alirkan sungai dengan deras di celah-celah kedua (kebun) itu.
34
وَّكَانَ لَهٗ ثَمَرٌۚ فَقَالَ لِصَاحِبِهٖ وَهُوَ يُحَاوِرُهٗٓ
اَنَا۠ اَكْثَرُ مِنْكَ مَالًا وَّاَعَزُّ نَفَرًا
Wa kāna lahū ṡamar(un), fa qāla liṣāḥibihī wa huwa yuḥāwiruhū ana akṡaru minka mālaw wa a‘azzu
nafarā(n).
Dia (orang kafir itu)
juga memiliki kekayaan besar. Dia lalu berkata kepada kawannya (yang beriman)
ketika bercakap-cakap dengannya, “Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan
pengikutku lebih kuat.”
35
وَدَخَلَ جَنَّتَهٗ وَهُوَ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖۚ قَالَ مَآ
اَظُنُّ اَنْ تَبِيْدَ هٰذِهٖٓ اَبَدًاۙ
Wa dakhala jannatahū
wa huwa ẓālimul linafsih(ī), qāla mā aẓunnu an tabīda hāżihī abadā(n).
Dia memasuki kebunnya
dengan sikap menzalimi dirinya sendiri (karena angkuh dan kufur). Dia berkata,
“Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya,
36
وَّمَآ اَظُنُّ السَّاعَةَ قَاۤىِٕمَةً وَّلَىِٕنْ رُّدِدْتُّ
اِلٰى رَبِّيْ لَاَجِدَنَّ خَيْرًا مِّنْهَا مُنْقَلَبًا
Wa mā aẓunnus-sā‘ata qā'imataw wa la'ir rudittu ilā rabbī la'ajidanna
khairam minhā munqalabā(n).
aku kira hari Kiamat
tidak akan datang dan sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan
mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada ini.”
37
قَالَ لَهٗ صَاحِبُهٗ وَهُوَ يُحَاوِرُهٗٓ اَكَفَرْتَ بِالَّذِيْ
خَلَقَكَ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ سَوّٰىكَ رَجُلًاۗ
Qāla lahū ṣāḥibuhū wa huwa yuḥāwiruhū akafarta
bil-lażī khalaqaka min turābin ṡumma min nuṭfatin ṡumma sawwāka rajulā(n).
Kawannya (yang
beriman) berkata kepadanya ketika bercakap-cakap dengannya, “Apakah engkau
ingkar kepada (Tuhan) yang menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes air
mani, lalu Dia menjadikan engkau seorang laki-laki yang sempurna?
38
لٰكِنَّا۠ هُوَ اللّٰهُ رَبِّيْ وَلَآ اُشْرِكُ بِرَبِّيْٓ
اَحَدًا
Lākinna huwallāhu
rabbī wa lā usyriku birabbī aḥadā(n).
Akan tetapi, aku
(percaya bahwa) Dia adalah Allah, Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan
sesuatu pun dengan Tuhanku.
39
وَلَوْلَآ اِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۙ
لَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللّٰهِ ۚاِنْ تَرَنِ اَنَا۠ اَقَلَّ مِنْكَ مَالًا
وَّوَلَدًاۚ
Wa lau lā iż dakhalta
jannataka qulta mā syā'allāh(u), lā quwwata illā billāh(i), in tarani ana
aqalla minka mālaw wa waladā(n).
Mengapa ketika engkau
memasuki kebunmu tidak mengucapkan, “Mā syā’allāh, lā quwwata illā billāh”
(sungguh, ini semua kehendak Allah. Tidak ada kekuatan apa pun kecuali dengan
[pertolongan] Allah). Jika engkau anggap harta dan keturunanku lebih sedikit
daripadamu,
40
فَعَسٰى رَبِّيْٓ اَنْ يُّؤْتِيَنِ خَيْرًا مِّنْ جَنَّتِكَ
وَيُرْسِلَ عَلَيْهَا حُسْبَانًا مِّنَ السَّمَاۤءِ فَتُصْبِحَ صَعِيْدًا زَلَقًاۙ
Fa ‘asā rabbī ay
yu'tiyani khairam min jannatika wa yursila ‘alaihā ḥusbānam minas-samā'i fa tuṣbiḥa ṣa‘īdan zalaqā(n).
mudah-mudahan Tuhanku
akan memberikan kepadaku (kebun) yang lebih baik daripada kebunmu (ini) dan
mengirimkan petir dari langit ke kebunmu sehingga (kebun itu) menjadi tanah
yang licin
41
اَوْ يُصْبِحَ مَاۤؤُهَا غَوْرًا فَلَنْ تَسْتَطِيْعَ لَهٗ طَلَبًا
Au yuṣbiḥa mā'uhā gauran falan tastaṭī‘a lahū ṭalabā(n).
atau airnya menjadi
surut ke dalam tanah sehingga engkau tidak akan dapat menemukannya lagi.”
42
وَاُحِيْطَ بِثَمَرِهٖ فَاَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلٰى مَآ
اَنْفَقَ فِيْهَا وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلٰى عُرُوْشِهَا وَيَقُوْلُ يٰلَيْتَنِيْ
لَمْ اُشْرِكْ بِرَبِّيْٓ اَحَدًا
Wa uḥīṭa biṡamarihī fa aṣbaḥa yuqallibu kaffaihi ‘alā mā anfaqa fīhā wa
hiya khāwiyatun ‘alā ‘urūsyihā wa yaqūlu yā laitanī lam usyrik birabbī aḥadā(n).
Harta kekayaannya
dibinasakan, lalu dia membolak-balikkan kedua telapak tangannya (tanda sangat
menyesal) terhadap apa yang telah dia belanjakan untuk itu, sedangkan pohon
anggur roboh bersama penyangganya dan dia berkata, “Aduhai, seandainya saja
dahulu aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhanku.”
43