Audio Surat As-Sad 1-88
1
صۤ ۗوَالْقُرْاٰنِ ذِى الذِّكْرِۗ
Ṣād, wal-qur'āni żiż-żikr(i).
Ṣād. demi Al-Qur’an yang mengandung peringatan.
2
بَلِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فِيْ عِزَّةٍ وَّشِقَاقٍ
Balil-lażīna kafarū fī
‘izzatiw wa syiqāq(in).
Akan tetapi,
orang-orang yang kufur (berada) dalam kesombongan dan permusuhan.
3
كَمْ اَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِّنْ قَرْنٍ فَنَادَوْا
وَّلَاتَ حِيْنَ مَنَاصٍ
Kam ahlaknā min
qablihim min qarnin fanādaw wa lāta ḥīna manāṣ(in).
Betapa banyak generasi
sebelum mereka yang telah Kami binasakan. Lalu, mereka meminta tolong (ketika
datang azab), padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk melepaskan diri.
4
وَعَجِبُوْٓا اَنْ جَاۤءَهُمْ مُّنْذِرٌ مِّنْهُمْ ۖوَقَالَ
الْكٰفِرُوْنَ هٰذَا سٰحِرٌ كَذَّابٌۚ
Wa ‘ajibū an jā'ahum
munżirum minhum, wa qālal-kāfirūna hāżā sāḥirun każżāb(un).
Mereka heran karena
telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan
mereka. Orang-orang kafir berkata, “Orang ini adalah penyihir yang banyak
berdusta.
5
اَجَعَلَ الْاٰلِهَةَ اِلٰهًا وَّاحِدًا ۖاِنَّ هٰذَا لَشَيْءٌ
عُجَابٌ
Aja‘alal-ālihata
ilāhaw wāḥidā(n), inna hāżā lasyai'un ‘ujāb(un).
Apakah dia menjadikan
tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang
sangat mengherankan.”
6
وَانْطَلَقَ الْمَلَاُ مِنْهُمْ اَنِ امْشُوْا وَاصْبِرُوْا عَلٰٓى
اٰلِهَتِكُمْ ۖاِنَّ هٰذَا لَشَيْءٌ يُّرَادُ ۖ
Wanṭalaqal-mala'u minhum animsyū waṣbirū ‘alā ālihatikum,
inna hāżā lasyai'uy yurād(u).
Lalu, pergilah
pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata), “Pergilah kamu dan tetaplah
(menyembah) tuhan-tuhanmu. Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang
dikehendaki.
7
مَا سَمِعْنَا بِهٰذَا فِى الْمِلَّةِ الْاٰخِرَةِ ۖاِنْ هٰذَآ
اِلَّا اخْتِلَاقٌۚ
Mā sami‘nā bihāżā
fil-millatil-ākhirah(ti), in hāżā illakhtilāq(un).
Kami tidak pernah
mendengar hal ini dalam agama yang terakhir. (Ajaran mengesakan Allah) ini
tidak lain kecuali (dusta) yang dibuat-buat.
8
اَؤُنْزِلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ مِنْۢ بَيْنِنَا ۗبَلْ هُمْ فِيْ
شَكٍّ مِّنْ ذِكْرِيْۚ بَلْ لَّمَّا يَذُوْقُوْا عَذَابِ ۗ
A'unzila
‘alaihiż-żikru mim baininā, bal hum fī syakkim min żikrī, bal lammā yażūqū
‘ażāb(i).
Mengapa Al-Qur’an itu
diturunkan kepada dia di antara kita?” Sebenarnya mereka dalam keraguan
terhadap kitab-Ku. Akan tetapi, mereka (ragu karena) belum merasakan azab-Ku.
9
اَمْ عِنْدَهُمْ خَزَاۤىِٕنُ رَحْمَةِ رَبِّكَ الْعَزِيْزِ
الْوَهَّابِۚ
Am ‘indahum khazā'inu
raḥmati rabbikal-‘azīzil-wahhāb(i).
Atau, apakah mereka
itu mempunyai perbendaharaan rahmat Tuhanmu Yang Maha Perkasa lagi Maha
Pemberi?
10
اَمْ لَهُمْ مُّلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا
ۗفَلْيَرْتَقُوْا فِى الْاَسْبَابِ
Am lahum
mulkus-samāwāti wal-arḍi wa mā bainahumā, falyartaqū fil-asbāb(i).
Atau, apakah mereka
mempunyai kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya? (Jika
ada,) biarlah mereka menaiki tangga-tangga (ke langit).
11
جُنْدٌ مَّا هُنَالِكَ مَهْزُوْمٌ مِّنَ الْاَحْزَابِ
Jundum mā hunālika
mahzūmum minal-aḥzāb(i).
Bala tentara yang
berada di sana dari golongan yang bersekutu (untuk mengalahkan Rasul Kami)
tentu akan dikalahkan.
12
كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوْحٍ وَّعَادٌ وَّفِرْعَوْنُ ذُو
الْاَوْتَادِۙ
Każżabat qablahum
qaumu nūḥiw wa ‘āduw wa fir‘aunu żul-autād(i).
Sebelum mereka itu,
kaum Nuh, ‘Ad, dan Fir‘aun yang mempunyai kekuatan besar (juga) telah
mendustakan (para rasul).
13
وَثَمُوْدُ وَقَوْمُ لُوْطٍ وَّاَصْحٰبُ لْـَٔيْكَةِ ۗ اُولٰۤىِٕكَ
الْاَحْزَابُ
Wa ṡamūdu wa qaumu lūṭiw wa aṣḥābul-aikah(ti), ulā'ikal-aḥzāb(u).
(Begitu
juga) Samud, kaum Lut, dan penduduk Aikah. Mereka itulah golongan yang
bersekutu (menentang para rasul).
14
اِنْ كُلٌّ اِلَّا كَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ عِقَابِ ࣖ
In kullun illā
każżabar-rusula faḥaqqa ‘iqāb(i).
Masing-masing tidak
lain, kecuali mendustakan para rasul. Maka, pantaslah mereka merasakan
hukuman-Ku.
15
وَمَا يَنْظُرُ هٰٓؤُلَاۤءِ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً مَّا لَهَا
مِنْ فَوَاقٍ
Wa mā yanẓuru hā'ulā'i illā ṣaiḥataw wāḥidatam mā lahā min fawāq(in).
Mereka tidak menunggu
selain satu teriakan (saja) yang tidak ada selanya.
16
وَقَالُوْا رَبَّنَا عَجِّلْ لَّنَا قِطَّنَا قَبْلَ يَوْمِ
الْحِسَابِ
Wa qālū rabbanā ‘ajjil
lanā qiṭṭanā qabla yaumil-ḥisāb(i).
Mereka berkata, “Wahai
Tuhan kami, segerakanlah untuk kami bagian (dari siksa) kami sebelum hari
Perhitungan.”
17
اِصْبِرْ عَلٰى مَا يَقُوْلُوْنَ وَاذْكُرْ عَبْدَنَا دَاوٗدَ ذَا
الْاَيْدِۚ اِنَّهٗٓ اَوَّابٌ
Iṣbir ‘alā mā yaqūlūna ważkur ‘abdanā dāwūda żal-aid(i), innahū
awwāb(un).
Bersabarlah atas apa
yang mereka katakan dan ingatlah akan hamba Kami, Daud, yang mempunyai
kekuatan. Sesungguhnya dia adalah orang yang selalu kembali (kepada Allah).
18
اِنَّا سَخَّرْنَا الْجِبَالَ مَعَهٗ يُسَبِّحْنَ بِالْعَشِيِّ
وَالْاِشْرَاقِۙ
Innā
sakhkharnal-jibāla ma‘ahū yusabbiḥna bil-‘asyiyyi
wal-isyrāq(i).
Sesungguhnya Kami
telah menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) pada waktu
petang dan pagi.
19
وَالطَّيْرَمَحْشُوْرَةً ۗ كُلٌّ لَّهٗٓ اَوَّابٌ
Waṭ-ṭaira maḥsyūrah(tan), kullul
lahū awwāb(un).
(Kami
menundukkan pula) burung-burung dalam keadaan berkumpul. Masing-masing sangat
patuh kepadanya (Daud).
20
وَشَدَدْنَا مُلْكَهٗ وَاٰتَيْنٰهُ الْحِكْمَةَ وَفَصْلَ
الْخِطَابِ
Wa syadadnā mulkahū wa
ātaināhul-ḥikmata wa faṣlal-khiṭāb(i).
Kami menguatkan
kerajaannya serta menganugerahkan hikmah (kenabian) kepadanya dan kemampuan
dalam menyelesaikan perkara.
21
۞ وَهَلْ اَتٰىكَ نَبَؤُا الْخَصْمِۘ اِذْ تَسَوَّرُوا
الْمِحْرَابَۙ
Wa hal atāka
naba'ul-khaṣm(i), iż tasawwarul-miḥrāb(a).
Apakah telah sampai
kepadamu (Nabi Muhammad) berita orang-orang yang berselisih ketika mereka
memanjat dinding mihrab?
22
اِذْ دَخَلُوْا عَلٰى دَاوٗدَ فَفَزِعَ مِنْهُمْ قَالُوْا لَا
تَخَفْۚ خَصْمٰنِ بَغٰى بَعْضُنَا عَلٰى بَعْضٍ فَاحْكُمْ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ
وَلَا تُشْطِطْ وَاهْدِنَآ اِلٰى سَوَاۤءِ الصِّرَاطِ
Iż dakhalū ‘alā dāwūda
fafazi‘a minhum qālū lā takhaf, khaṣmāni bagā ba‘ḍunā ‘alā ba‘ḍin faḥkum bainanā bil-ḥaqqi wa lā tusyṭiṭ wahdinā ilā sawā'iṣ-ṣirāṭ(i).
Ketika mereka masuk
menemui Daud, dia terkejut karena (kedatangan) mereka. Mereka berkata,
“Janganlah takut! (Kami) berdua sedang berselisih. Sebagian kami berbuat aniaya
kepada yang lain. Maka, berilah keputusan di antara kami dengan hak, janganlah
menyimpang dari kebenaran, dan tunjukilah kami ke jalan yang lurus.”
23
اِنَّ هٰذَآ اَخِيْ ۗ لَهٗ تِسْعٌ وَّتِسْعُوْنَ نَعْجَةً وَّلِيَ
نَعْجَةٌ وَّاحِدَةٌ ۗفَقَالَ اَكْفِلْنِيْهَا وَعَزَّنِيْ فِى الْخِطَابِ
Inna hāżā akhī, lahū
tis‘uw wa tis‘ūna na‘jataw wa liya na‘jatuw wāḥidah(tun), faqāla
aqfilnīhā wa ‘azzanī fil-khiṭāb(i).
(Salah
seorang berkata,) “Sesungguhnya ini saudaraku. Dia mempunyai sembilan puluh
sembilan ekor kambing betina, sedangkan aku mempunyai seekor saja. Lalu, dia
berkata, ‘Biarkan aku yang memeliharanya! Dia mengalahkanku dalam perdebatan.’”
24
قَالَ لَقَدْ ظَلَمَكَ بِسُؤَالِ نَعْجَتِكَ اِلٰى نِعَاجِهٖۗ
وَاِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ الْخُلَطَاۤءِ لَيَبْغِيْ بَعْضُهُمْ عَلٰى بَعْضٍ اِلَّا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَقَلِيْلٌ مَّا هُمْۗ وَظَنَّ
دَاوٗدُ اَنَّمَا فَتَنّٰهُ فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهٗ وَخَرَّ رَاكِعًا وَّاَنَابَ ۩
Qāla laqad ẓalamaka bisu'āli na‘jatika ilā ni‘ājih(ī), wa inna kaṡīram minal-khulaṭā'i layabgī ba‘ḍuhum ‘alā ba‘ḍin illal-lażīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti wa qalīlum mā hum, wa ẓanna dāwūdu annamā fatannāhu fastagfara rabbahū wa kharra
rāki‘aw wa anāb(a).
Dia (Daud) berkata,
“Sungguh, dia benar-benar telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu
itu untuk (digabungkan) kepada kambing-kambingnya. Sesungguhnya banyak di
antara orang-orang yang berserikat itu benar-benar saling merugikan satu sama
lain, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan sedikit sekali
mereka itu.” Daud meyakini bahwa Kami hanya mengujinya. Maka, dia memohon
ampunan kepada Tuhannya dan dia tersungkur jatuh serta bertobat.
25
فَغَفَرْنَا لَهٗ ذٰلِكَۗ وَاِنَّ لَهٗ عِنْدَنَا لَزُلْفٰى
وَحُسْنَ مَاٰبٍ
Fa gafarnā lahū
żālik(a), wa inna lahū ‘indanā lazulfā wa ḥusna ma'āb(in).
Lalu, Kami mengampuni
(kesalahannya) itu. Sesungguhnya dia mempunyai kedudukan yang benar-benar dekat
di sisi Kami dan tempat kembali yang baik.
26
يٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيْفَةً فِى الْاَرْضِ فَاحْكُمْ
بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوٰى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ
اللّٰهِ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَضِلُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَابٌ
شَدِيْدٌ ۢبِمَا نَسُوْا يَوْمَ الْحِسَابِ ࣖ
Yā dāwūdu innā
ja‘alnāka khalīfatan fil-arḍi faḥkum bainan nāsi bil-ḥaqqi wa lā tattabi‘il-hawā fa yuḍillaka ‘an sabīlillāh(i),
innal-lażīna yaḍillūna ‘an sabīlillāhi lahum ‘ażābun syadīdum
bimā nasū yaumal-ḥisāb(i).
(Allah
berfirman,) “Wahai Daud, sesungguhnya Kami menjadikanmu khalifah (penguasa) di
bumi. Maka, berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan hak dan
janganlah mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang
berat, karena mereka melupakan hari Perhitungan.”
27
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاۤءَ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا
بَاطِلًا ۗذٰلِكَ ظَنُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَوَيْلٌ لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا
مِنَ النَّارِۗ
Wa mā khalaqnas-samā'a
wal-arḍa wa mā bainahumā bāṭilā(n), żālika ẓannul-lażīna kafarū, fawailul lil-lażīna
kafarū minan-nār(i).
Kami tidak menciptakan
langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya secara sia-sia. Itulah
anggapan orang-orang yang kufur. Maka, celakalah orang-orang yang kufur karena
(mereka akan masuk) neraka.
28
اَمْ نَجْعَلُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
كَالْمُفْسِدِيْنَ فِى الْاَرْضِۖ اَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِيْنَ كَالْفُجَّارِ
Am naj‘alul-lażīna
āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti kal-mufsidīna fil-arḍ(i), am naj‘alul-muttaqīna
kal-fujjār(i).
Apakah (pantas) Kami
menjadikan orang-orang yang beriman dan beramal saleh sama dengan orang-orang
yang berbuat kerusakan di bumi? Pantaskah Kami menjadikan orang-orang yang
bertakwa sama dengan para pendurhaka?
29
كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ مُبٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوْٓا اٰيٰتِهٖ
وَلِيَتَذَكَّرَ اُولُوا الْاَلْبَابِ
Kitābun anzalnāhu
ilaika mubārakul liyaddabbarū āyātihī wa liyatażakkara ulul-albāb(i).
(Al-Qur’an
ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu (Nabi Muhammad) yang penuh berkah
supaya mereka menghayati ayat-ayatnya dan orang-orang yang berakal sehat
mendapat pelajaran.
30
وَوَهَبْنَا لِدَاوٗدَ سُلَيْمٰنَۗ نِعْمَ الْعَبْدُ ۗاِنَّهٗٓ
اَوَّابٌۗ
Wa wahabnā lidāwūda wa
sulaimān(a), ni‘mal-‘abd(u), innahū awwāb(un).
Kami menganugerahkan
kepada Daud (anak bernama) Sulaiman. Dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya
dia sangat taat (kepada Allah).
31
اِذْ عُرِضَ عَلَيْهِ بِالْعَشِيِّ الصّٰفِنٰتُ الْجِيَادُۙ
Iż ‘uriḍa ‘alaihi bil-‘asyiyyiṣ-ṣāfinātul-jiyād(u).
(Ingatlah)
ketika pada suatu petang dipertunjukkan kepadanya (kuda-kuda) yang jinak,
(tetapi) sangat cepat larinya.
32
فَقَالَ اِنِّيْٓ اَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَنْ ذِكْرِ رَبِّيْۚ
حَتّٰى تَوَارَتْ بِالْحِجَابِۗ
Fa qāla innī aḥbabtu ḥubbal-khairi ‘an żikri rabbī, ḥattā tawārat bil-ḥijāb(i).
Maka, dia berkata,
“Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap yang baik (kuda) sehingga aku
lalai mengingat Tuhanku sampai ia (matahari atau kuda itu) bersembunyi di balik
tabir (hilang dari pandangan).
33
رُدُّوْهَا عَلَيَّ ۚفَطَفِقَ مَسْحًا ۢبِالسُّوْقِ وَالْاَعْنَاقِ
Ruddūhā ‘alayy(a), faṭafiqa masḥam bis-sūqi wal-a‘nāq(i).
Bawalah semua kuda itu
kembali kepadaku.” Lalu, dia mengusap-usap kaki dan leher (kuda itu).
34
وَلَقَدْ فَتَنَّا سُلَيْمٰنَ وَاَلْقَيْنَا عَلٰى كُرْسِيِّهٖ
جَسَدًا ثُمَّ اَنَابَ
Wa laqad fatannā
sulaimāna wa alqainā ‘alā kursiyyihī jasadan ṡumma anāb(a).
Sungguh, Kami
benar-benar telah menguji Sulaiman dan Kami menggeletakkan(-nya) di atas
kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian dia bertobat.
35
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَهَبْ لِيْ مُلْكًا لَّا يَنْۢبَغِيْ
لِاَحَدٍ مِّنْۢ بَعْدِيْۚ اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ
Qāla rabbigfir lī wa
hab lī mulkal lā yambagī li'aḥadim mim ba‘dī, innaka antal-wahhāb(u).
Dia berkata, “Wahai
Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak patut
(dimiliki) oleh seorang pun sesudahku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Pemberi.”
36
فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيْحَ تَجْرِيْ بِاَمْرِهٖ رُخَاۤءً حَيْثُ
اَصَابَۙ
Fasakhkharnā lahur-rīḥa tajrī bi'amrihī rukhā'an ḥaiṡu aṣāb(a).
Maka, Kami menundukkan
kepadanya angin yang berembus dengan baik menurut perintahnya ke mana saja yang
ia kehendaki.
37
وَالشَّيٰطِيْنَ كُلَّ بَنَّاۤءٍ وَّغَوَّاصٍۙ
Wasy-syayāṭīna kulla bannā'iw wa gawwāṣ(in).
(Kami
menundukkan pula kepadanya) setan-setan, semuanya ahli bangunan, dan penyelam.
38
وَّاٰخَرِيْنَ مُقَرَّنِيْنَ فِى الْاَصْفَادِ
Wa ākharīna
muqarranīna fil-aṣfād(i).
(Begitu
juga setan-setan) lain yang terikat dalam belenggu.
39
هٰذَا عَطَاۤؤُنَا فَامْنُنْ اَوْ اَمْسِكْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Hāżā ‘aṭā'unā famnun au amsik bigairi ḥisāb(in).
Inilah anugerah Kami.
Maka, berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) tanpa
perhitungan.
40
وَاِنَّ لَهٗ عِنْدَنَا لَزُلْفٰى وَحُسْنَ مَاٰبٍ ࣖ
Wa inna lahū ‘indanā
lazulfā wa ḥusna ma'āb(in).
Sesungguhnya dia
mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik.
41
وَاذْكُرْ عَبْدَنَآ اَيُّوْبَۘ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ
مَسَّنِيَ الشَّيْطٰنُ بِنُصْبٍ وَّعَذَابٍۗ
Ważkur ‘abdanā
ayyūb(a), iż nādā rabbahū annī massaniyasy-syaiṭānu binuṣbiw wa ‘ażāb(in).
Ingatlah hamba Kami
Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, “Sesungguhnya aku telah diganggu setan
dengan penderitaan dan siksaan (rasa sakit).”
42
اُرْكُضْ بِرِجْلِكَۚ هٰذَا مُغْتَسَلٌۢ بَارِدٌ وَّشَرَابٌ
Urkuḍ birijlik(a), hāżā mugtasalum bāriduw wa syarāb(un).
(Allah
berfirman,) “Entakkanlah kakimu (ke bumi)! Inilah air yang sejuk untuk mandi
dan minum.”
43
وَوَهَبْنَا لَهٗٓ اَهْلَهٗ وَمِثْلَهُمْ مَّعَهُمْ رَحْمَةً
مِّنَّا وَذِكْرٰى لِاُولِى الْاَلْبَابِ
Wa wahabnā lahū ahlahū
wa miṡlahum ma‘ahum raḥmatam minnā wa żikrā
li'ulil-albāb(i).
Kami anugerahkan
(pula) kepadanya (Ayyub) keluarganya dan (Kami lipat gandakan) jumlah mereka
sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat.656)
Catatan
Kaki
656) Nabi Ayyub a.s. menderita penyakit kulit
beberapa waktu lamanya. Dia memohon kepada Allah Swt. untuk disembuhkan. Allah
Swt. mengabulkan permohonan tersebut dan memerintahkannya untuk mengentakkan
kaki ke tanah. Nabi Ayyub a.s. menaati perintah itu. Maka, keluarlah air dari
bekas entakan kakinya. Dia mandi dan minum dari air itu. Dia pun sembuh dari
penyakitnya dan dapat berkumpul kembali dengan keluarganya. Mereka kemudian
berkembang biak dua kali lipat dari jumlah sebelumnya. Pada suatu ketika, Nabi
Ayyub a.s. teringat akan sumpahnya untuk memukul istrinya apabila ia sembuh
dari sakitnya lantaran sang istri pernah lalai mengurusnya ketika dia masih
sakit. Namun, timbul rasa iba dan sayang kepada istrinya sehingga dia urung
memenuhi sumpah tersebut. Maka, turunlah petunjuk Allah Swt. dalam ayat 44
bahwa dia dapat melaksanakan sumpahnya tanpa perlu menyakiti istrinya, yaitu
dengan memukulnya dengan seikat rumput.
44
وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِبْ بِّهٖ وَلَا تَحْنَثْ ۗاِنَّا
وَجَدْنٰهُ صَابِرًا ۗنِعْمَ الْعَبْدُ ۗاِنَّهٗٓ اَوَّابٌ
Wa khuż biyadika ḍigṡan faḍrib bihī wa lā taḥnaṡ, innā wajadnāhu ṣābirā(n), ni‘mal-‘abd(u), innahū awwāb(un).
Ambillah dengan
tanganmu seikat rumput, lalu pukullah (istrimu) dengannya dan janganlah engkau
melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar.
Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia selalu kembali (kepada Allah dan
sangat taat kepadanya).