1
الۤرٰ
ۗ كِتٰبٌ اُحْكِمَتْ اٰيٰتُهٗ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَّدُنْ حَكِيْمٍ خَبِيْرٍۙ
Alif
lām rā, kitābun uḥkimat āyātuhū ṡumma fuṣṣilat
mil ladun ḥakīmin khabīr(in).
Alif
Lām Rā. (Inilah) Kitab yang ayat-ayatnya telah disusun dengan rapi kemudian
dijelaskan secara terperinci (dan diturunkan) dari sisi (Allah) Yang Maha
Bijaksana lagi Maha Teliti.
2
اَلَّا
تَعْبُدُوْٓا اِلَّا اللّٰهَ ۗاِنَّنِيْ لَكُمْ مِّنْهُ نَذِيْرٌ وَّبَشِيْرٌۙ
Allā
ta‘budū illallāh(a), innanī lakum minhu nażīruw wa basyīr(un).
(Katakanlah
Nabi Muhammad,) “Janganlah kamu menyembah (sesuatu), kecuali Allah.
Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira dari-Nya
untukmu.
3
وَّاَنِ
اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَّتَاعًا
حَسَنًا اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى وَّيُؤْتِ كُلَّ ذِيْ فَضْلٍ فَضْلَهٗ ۗوَاِنْ
تَوَلَّوْا فَاِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيْرٍ
Wa
anistagfirū rabbakum ṡumma tūbū ilaihi yumatti‘kum matā‘an ḥasanan
ilā ajalim musammaw wa yu'ti kulla żī faḍlin faḍlah(ū),
wa in tawallau fa innī akhāfu ‘alaikum ‘ażāba yaumin kabīr(in).
Mohonlah
ampunan kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia akan
memberi kesenangan yang baik kepadamu (di dunia) sampai waktu yang telah
ditentukan (kematian) dan memberikan pahala-Nya (di akhirat) kepada setiap
orang yang beramal saleh. Jika kamu berpaling, sesungguhnya aku takut kamu
(akan) ditimpa azab pada hari yang besar (kiamat).
4
اِلَى
اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ ۚوَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Ilallāhi
marji‘ukum, wa huwa ‘alā kulli syai'in qadīr(un).
Kepada
Allahlah kembalimu. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
5
اَلَآ
اِنَّهُمْ يَثْنُوْنَ صُدُوْرَهُمْ لِيَسْتَخْفُوْا مِنْهُۗ اَلَا حِيْنَ
يَسْتَغْشُوْنَ ثِيَابَهُمْ ۙيَعْلَمُ مَا يُسِرُّوْنَ وَمَا يُعْلِنُوْنَۚ
اِنَّهٗ عَلِيْمٌ ۢ بِذَاتِ الصُّدُوْرِ ۔
Alā
innahum yaṡnūna ṣudūrahum liyastakhfū minh(u), alā ḥīna
yastagsyūna ṡiyābahum, ya‘lamu mā yusirrūna wa mā yu‘linūn(a), innahū ‘alīmum
biżātiṣ-ṣudūr(i).
Ketahuilah
bahwa sesungguhnya mereka menutupi (apa yang ada dalam) dada mereka untuk
menyembunyikan diri dari-Nya. Ketahuilah bahwa ketika mereka menyelimuti dirinya
dengan kain, Dia mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka
nyatakan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (segala) isi hati.
6
۞ وَمَا
مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ
مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
Wa
mā min dābbatin fil-arḍi illā ‘alallāhi rizquhā wa ya‘lamu mustaqarrahā wa
mustauda‘ahā, kullun fī kitābim mubīn(in).
Tidak
satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan dijamin rezekinya oleh
Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya.350) Semua
(tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauhulmahfuz).
Catatan
Kaki
350) Menurut
sebagian mufasir, yang dimaksud dengan tempat kediaman adalah dunia dan tempat
penyimpanan adalah akhirat. Menurut mufasir lain, maksud tempat kediaman adalah
rahim dan tempat penyimpanan adalah tulang sulbi.
7
وَهُوَ
الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ وَّكَانَ عَرْشُهٗ
عَلَى الْمَاۤءِ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا ۗوَلَىِٕنْ قُلْتَ
اِنَّكُمْ مَّبْعُوْثُوْنَ مِنْۢ بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُوْلَنَّ الَّذِيْنَ
كَفَرُوْٓا اِنْ هٰذَٓا اِلَّا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ
Wa
huwal-lażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa fī sittati ayyāmiw
wa kāna ‘arsyuhū ‘alal-mā'i liyabluwakum ayyukum aḥsanu
‘amalā(n), wa la'in qulta innakum mab‘ūṡūna mim ba‘dil-mauti
layaqūlannal-lażīna kafarū in hāżā illā siḥrum mubīn(un).
Dialah
yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa351) serta
(sebelum itu) ʻArasy-Nya di atas air. (Penciptaan itu dilakukan) untuk menguji
kamu, siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Sungguh, jika engkau
(Nabi Muhammad) berkata, “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan setelah mati,”
niscaya orang-orang kafir akan berkata, “Ini (Al-Qur’an) tidak lain kecuali
sihir yang nyata.”
Catatan
Kaki
351)
Lihat catatan kaki surah al-A‘rāf (7): 54.
8
وَلَىِٕنْ
اَخَّرْنَا عَنْهُمُ الْعَذَابَ اِلٰٓى اُمَّةٍ مَّعْدُوْدَةٍ لَّيَقُوْلُنَّ مَا
يَحْبِسُهٗ ۗ اَلَا يَوْمَ يَأْتِيْهِمْ لَيْسَ مَصْرُوْفًا عَنْهُمْ وَحَاقَ
بِهِمْ مَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ ࣖ
Wa
la'in akhkharnā ‘anhumul-‘ażāba ilā ummatim ma‘dūdatil layaqūlunna mā yaḥbisuh(ū),
alā yauma ya'tīhim laisa maṣrūfan ‘anhum wa ḥāqa
bihim mā kānū bihī yastahzi'ūn(a).
Sungguh,
jika Kami tangguhkan azab dari mereka sampai waktu tertentu, niscaya mereka
akan berkata, “Apakah yang menghalanginya?” Ketahuilah, ketika datang kepada
mereka, azab itu tidaklah dapat dipalingkan dari mereka. Mereka dikepung oleh
(azab) yang dahulu mereka selalu memperolok-olokkannya.
9
وَلَىِٕنْ
اَذَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنٰهَا مِنْهُۚ اِنَّهٗ
لَيَـُٔوْسٌ كَفُوْرٌ
Wa
la'in ażaqnal-insāna minnā raḥmatan ṡumma
naza‘nāhā ‘anh(u), innahū laya'ūsun kafūr(un).
Sungguh,
jika Kami cicipkan kepada manusia suatu rahmat dari Kami kemudian Kami cabut
kembali darinya, sesungguhnya dia menjadi sangat berputus asa lagi sangat kufur
(terhadap nikmat Allah).
10
وَلَىِٕنْ
اَذَقْنٰهُ نَعْمَاۤءَ بَعْدَ ضَرَّاۤءَ مَسَّتْهُ لَيَقُوْلَنَّ ذَهَبَ
السَّيِّاٰتُ عَنِّيْ ۗاِنَّهٗ لَفَرِحٌ فَخُوْرٌۙ
Wa
la'in ażaqnāhu na‘mā'a ba‘da ḍarrā'a massathu layaqūlanna
żahabas-sayyi'ātu ‘annī, innahū lafariḥun fakhūr(un).
Sungguh,
jika Kami cicipkan kepadanya (manusia) suatu nikmat setelah bencana yang
menimpanya, niscaya dia akan berkata, “Telah hilang keburukan itu dariku.”
Sesungguhnya dia sangat gembira lagi sangat membanggakan diri.
11
اِلَّا
الَّذِيْنَ صَبَرُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِۗ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ
وَّاَجْرٌ كَبِيْرٌ
Illal-lażīna
ṣabarū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāt(i),
ulā'ika lahum magfiratuw wa ajrun kabīr(un).
Kecuali,
orang-orang yang sabar dan beramal saleh, bagi mereka ampunan dan pahala yang
besar.
12
فَلَعَلَّكَ
تَارِكٌۢ بَعْضَ مَا يُوْحٰىٓ اِلَيْكَ وَضَاۤىِٕقٌۢ بِهٖ صَدْرُكَ اَنْ
يَّقُوْلُوْا لَوْلَآ اُنْزِلَ عَلَيْهِ كَنْزٌ اَوْ جَاۤءَ مَعَهٗ مَلَكٌ
ۗاِنَّمَآ اَنْتَ نَذِيْرٌ ۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ وَّكِيْلٌ ۗ
Fa
la‘allaka tārikum ba‘ḍa mā yūḥā ilaika wa ḍā'ikum bihī ṣadruka
ay yaqūlū lau lā unzila ‘alaihi kanzun au jā'a ma‘ahū malak(un), innamā anta
nażīr(un), wallāhu ‘alā kulli syai'in wakīl(un).
Boleh
jadi engkau (Nabi Muhammad) hendak meninggalkan sebagian dari apa yang
diwahyukan kepadamu dan dadamu menjadi sempit karena (takut) mereka mengatakan,
“Mengapa tidak diturunkan kepadanya harta (kekayaan) atau datang malaikat
bersamanya?” Sesungguhnya engkau hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah
adalah pemelihara segala sesuatu.
13
اَمْ
يَقُوْلُوْنَ افْتَرٰىهُ ۗقُلْ فَأْتُوْا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِّثْلِهٖ مُفْتَرَيٰتٍ
وَّادْعُوْا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
Am
yaqūlūnaftarāh(u), qul fa'tū bi‘asyri suwarim miṡlihī
muftarayātiw wad‘ū manistaṭa‘tum min dūnillāhi in
kuntum ṣādiqīn(a).
Bahkan,
apakah mereka mengatakan, “Dia (Nabi Muhammad) telah membuat-buat (Al-Qur’an)
itu.” Katakanlah, “(Kalau demikian,) datangkanlah sepuluh surah semisal
dengannya (Al-Qur’an) yang dibuat-buat dan ajaklah siapa saja yang kamu sanggup
(mengundangnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”
14
فَاِلَّمْ
يَسْتَجِيْبُوْا لَكُمْ فَاعْلَمُوْٓا اَنَّمَآ اُنْزِلَ بِعِلْمِ اللّٰهِ وَاَنْ
لَّآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۚفَهَلْ اَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Fa
illam yastajībū lakum fa‘lamū annamā unzila bi‘ilmillāhi wa allā ilāha illā
huw(a), fahal antum muslimūn(a).
Jika
mereka tidak memenuhi ajakanmu, (katakanlah,) “Ketahuilah sesungguhnya ia
(Al-Qur’an) itu diturunkan dengan ilmu Allah dan (ketahui pula) bahwa tidak ada
tuhan kecuali Dia. Apakah kamu mau berserah diri (masuk Islam)?”
15
مَنْ
كَانَ يُرِيْدُ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا وَزِيْنَتَهَا نُوَفِّ اِلَيْهِمْ
اَعْمَالَهُمْ فِيْهَا وَهُمْ فِيْهَا لَا يُبْخَسُوْنَ
Man
kāna yurīdul-ḥayātad-dun-yā wa zīnatahā nuwaffi ilaihim a‘mālahum fīhā wa hum
fīhā lā yubkhasūn(a).
Siapa
yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan kepada
mereka (balasan) perbuatan mereka di dalamnya dengan sempurna dan mereka di
dunia tidak akan dirugikan.
16
اُولٰۤىِٕكَ
الَّذِيْنَ لَيْسَ لَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا النَّارُ ۖوَحَبِطَ مَا
صَنَعُوْا فِيْهَا وَبٰطِلٌ مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Ulā'ikal-lażīna
laisa lahum fil-ākhirati illan-nār(u), wa ḥabiṭa
mā ṣana‘ū fīhā wa bāṭilum mā kānū ya‘malūn(a).
Mereka
itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka,
sia-sialah apa yang telah mereka usahakan (di dunia), dan batallah apa yang
dahulu selalu mereka kerjakan.
17
اَفَمَنْ
كَانَ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّهٖ وَيَتْلُوْهُ شَاهِدٌ مِّنْهُ وَمِنْ
قَبْلِهٖ كِتٰبُ مُوْسٰىٓ اِمَامًا وَّرَحْمَةًۗ اُولٰۤىِٕكَ يُؤْمِنُوْنَ بِهٖ
ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِهٖ مِنَ الْاَحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهٗ فَلَا تَكُ فِيْ
مِرْيَةٍ مِّنْهُ اِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا
يُؤْمِنُوْنَ
Afaman
kāna ‘alā bayyinatim mir rabbihī wa yatlūhu syāhidum minhu wa min qablihī
kitābu mūsā imāmaw wa raḥmah(tan), ulā'ika yu'minūna bih(ī), wa may yakfur bihī minal-aḥzābi
fan-nāru mau‘iduhū falā taku fī miryatim minhu innahul-ḥaqqu
mir rabbika wa lākinna akṡaran-nāsi lā yu'minūn(a).
Apakah
orang yang sudah mempunyai bukti yang nyata (Al-Qur’an) dari Tuhannya, diikuti
oleh saksi352) dari-Nya, dan
sebelumnya sudah ada pula Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat; mereka
beriman kepadanya (sama dengan orang kafir yang hanya menginginkan kehidupan
dunia)? Siapa yang mengingkarinya (Al-Qur’an) dari golongan-golongan (penentang
Rasulullah), nerakalah tempat kembalinya. Oleh karena itu, janganlah engkau
ragu terhadap Al-Qur’an. Sesungguhnya ia (Al-Qur’an) itu kebenaran dari
Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.
Catatan
Kaki
352)
Saksi di sini dapat berarti Jibril a.s., Al-Qur’an, atau Muhammad saw.
18
وَمَنْ
اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًاۗ اُولٰۤىِٕكَ يُعْرَضُوْنَ عَلٰى
رَبِّهِمْ وَيَقُوْلُ الْاَشْهَادُ هٰٓؤُلَاۤءِ الَّذِيْنَ كَذَبُوْا عَلٰى
رَبِّهِمْۚ اَلَا لَعْنَةُ اللّٰهِ عَلَى الظّٰلِمِيْنَ ۙ
Wa
man aẓlamu mimmaniftarā ‘alallāhi każibā(n), ulā'ika yu‘raḍūna
‘alā rabbihim wa yaqūlul-asyhādu hā'ulā'il-lażīna każabū ‘alā rabbihim, alā
la‘natullāhi ‘alaẓ-ẓālimīn(a).
Siapakah
yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan suatu kebohongan terhadap
Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada tuhan mereka dan para saksi353) akan
berkata, “Orang-orang inilah yang telah berbohong terhadap tuhan mereka.”
Ketahuilah, laknat Allah (ditimpakan) kepada orang-orang zalim.
Catatan
Kaki
353)
Yang dimaksud para saksi di sini adalah malaikat, nabi-nabi, dan anggota
badannya sendiri.
19
الَّذِيْنَ
يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَيَبْغُوْنَهَا عِوَجًاۗ وَهُمْ بِالْاٰخِرَةِ
هُمْ كفِٰرُوْنَ
Al-lażīna
yaṣuddūna ‘an sabīlillāhi wa yabgūnahā ‘iwajā(n), wa hum
bil-ākhirati hum kāfirūn(a).
(Yaitu)
mereka yang menghalang-halangi dari jalan Allah dan menghendaki agar jalan itu
bengkok.354) Mereka itulah
orang-orang yang kufur terhadap hari akhir.
Catatan
Kaki
354)
Maksud ayat ini adalah bahwa mereka berusaha agar orang lain mengingkari agama
yang benar.
20
اُولٰۤىِٕكَ
لَمْ يَكُوْنُوْا مُعْجِزِيْنَ فِى الْاَرْضِ وَمَا كَانَ لَهُمْ مِّنْ دُوْنِ
اللّٰهِ مِنْ اَوْلِيَاۤءَ ۘ يُضٰعَفُ لَهُمُ الْعَذَابُ ۗمَا كَانُوْا
يَسْتَطِيْعُوْنَ السَّمْعَ وَمَا كَانُوْا يُبْصِرُوْنَ
Ulā'ika
lam yakūnū mu‘jizīna fil-arḍi wa mā kāna lahum min
dūnillāhi min auliyā'(a), yuḍā‘afu lahumul-‘ażāb(u), mā
kānū yastaṭī‘ūnas-sam‘a wa mā kānū yubṣirūn(a).
Mereka
tidak mampu menghalangi (siksaan Allah) di bumi dan tidak akan ada bagi mereka
penolong355) selain Allah. Azab
itu akan dilipatgandakan kepada mereka (di akhirat kelak). Mereka tidak mampu
mendengar (kebenaran) dan tidak dapat melihat (kekuasaan Allah).
Catatan
Kaki
355)
Lihat catatan kaki surah Āli ‘Imrān (3): 28.
21
اُولٰۤىِٕكَ
الَّذِيْنَ خَسِرُوْٓا اَنْفُسَهُمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَفْتَرُوْنَ
Ulā'ikal-lażīna
khasirū anfusahum wa ḍalla ‘anhum mā kānū yaftarūn(a).
Mereka
itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri dan lenyaplah dari mereka
sesuatu (sesembahan) yang selalu mereka ada-adakan.
22
لَاجَرَمَ
اَنَّهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ هُمُ الْاَخْسَرُوْنَ
Lā
jarama annahum fil-ākhirati humul-akhsarūn(a).
Tidak
diragukan bahwa sesungguhnya mereka (kelak) di akhirat adalah orang-orang yang
paling merugi.
23
اِنَّ
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَاَخْبَتُوْٓا اِلٰى رَبِّهِمْۙ
اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ الْجَنَّةِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
Innal-lażīna
āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti wa akhbatū ilā rabbihim, ulā'ika aṣḥābul-jannati
hum fīhā khālidūn(a).
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta merendahkan diri kepada Tuhan,
mereka itulah para penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya.
24
۞
مَثَلُ الْفَرِيْقَيْنِ كَالْاَعْمٰى وَالْاَصَمِّ وَالْبَصِيْرِ وَالسَّمِيْعِۗ
هَلْ يَسْتَوِيٰنِ مَثَلًا ۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ ࣖ
Maṡalul-farīqaini
kal-a‘mā wal-aṣammi wal-baṣīri was-samī‘(i), hal
yastawiyāni maṡalā(n), afalā tażakkarūn(a).
Perumpamaan
kedua golongan (kafir dan mukmin) seperti orang buta dan orang tuli dengan
orang yang dapat melihat dan yang dapat mendengar. Samakah kedua golongan itu?
Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?
25
وَلَقَدْ
اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖٓ اِنِّيْ لَكُمْ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ ۙ
Wa
laqad arsalnā nūḥan ilā qaumihī innī lakum nażīrum mubīn(un).
Sungguh,
Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya. (Dia berkata,)
“Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu
26
اَنْ
لَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّا اللّٰهَ ۖاِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ
اَلِيْمٍ
Allā
ta‘budū illallāh(a), innī akhāfu ‘alaikum ‘ażāba yaumin alīm(in).
agar
kamu tidak menyembah (sesuatu) kecuali Allah. Sesungguhnya aku khawatir bahwa
kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang (siksanya) sangat pedih.”
27
فَقَالَ
الْمَلَاُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖ مَا نَرٰىكَ اِلَّا بَشَرًا
مِّثْلَنَا وَمَا نَرٰىكَ اتَّبَعَكَ اِلَّا الَّذِيْنَ هُمْ اَرَاذِلُنَا بَادِيَ
الرَّأْيِۚ وَمَا نَرٰى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍۢ بَلْ نَظُنُّكُمْ
كٰذِبِيْنَ
Fa
qālal-mala'ul-lażīna kafarū min qaumihī mā narāka illā basyaram miṡlanā
wa mā narākattaba‘aka illal-lażīna hum arāżilunā bādiyar-ra'y(i), wa mā narā
lakum ‘alainā min faḍlim bal naẓunnukum kāżibīn(a).
Maka,
berkatalah para pemuka yang kufur dari kaumnya, “Kami tidak melihat engkau,
melainkan hanyalah seorang manusia (biasa) seperti kami. Kami tidak melihat
orang yang mengikuti engkau, melainkan orang-orang yang hina dina di antara
kami yang lekas percaya begitu saja. Kami tidak melihat kamu memiliki suatu
kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami menganggap kamu adalah para
pembohong.”
28
قَالَ
يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَاٰتٰىنِيْ
رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِهٖ فَعُمِّيَتْ عَلَيْكُمْۗ اَنُلْزِمُكُمُوْهَا وَاَنْتُمْ
لَهَا كٰرِهُوْنَ
Qāla
yā qaumi ara'aitum in kuntu ‘alā bayyinatim mir rabbī wa ātānī raḥmatam
min ‘indihī fa ‘ummiyat ‘alaikum, anulzimukumūhā wa antum lahā kārihūn(a).
Dia
(Nuh) berkata, “Wahai kaumku, apa pendapatmu jika aku mempunyai bukti yang
nyata dari Tuhanku dan Dia menganugerahiku rahmat dari sisi-Nya, tetapi (rahmat
itu) disamarkan bagimu? Apakah kami akan memaksamu untuk menerimanya, padahal
kamu tidak menyukainya?
29
وَيٰقَوْمِ
لَآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مَالًاۗ اِنْ اَجْرِيَ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ وَمَآ
اَنَا۠ بِطَارِدِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْاۗ اِنَّهُمْ مُّلٰقُوْا رَبِّهِمْ
وَلٰكِنِّيْٓ اَرٰىكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُوْنَ
Wa
yā qaumi lā as'alukum ‘alaihi mālā(n), in ajriya illā ‘alallāhi wa mā ana biṭāridil-lażīna
āmanū, innahum mulāqū rabbihim wa lākinnī arākum qauman tajhalūn(a).
Wahai
kaumku, aku tidak meminta kepadamu harta (sedikit pun sebagai imbalan) atas
seruanku. Imbalanku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir
orang-orang yang beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya (di
akhirat), tetapi aku memandangmu sebagai kaum yang bodoh.
30
وَيٰقَوْمِ
مَنْ يَّنْصُرُنِيْ مِنَ اللّٰهِ اِنْ طَرَدْتُّهُمْ ۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ
Wa
yā qaumi may yanṣurunī minallāhi in ṭarattuhum, afalā
tażakkarūn(a).
Wahai
kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir
mereka (orang-orang yang beriman itu)? Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?
31
وَلَآ
اَقُوْلُ لَكُمْ عِنْدِيْ خَزَاۤىِٕنُ اللّٰهِ وَلَآ اَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَآ
اَقُوْلُ اِنِّيْ مَلَكٌ وَّلَآ اَقُوْلُ لِلَّذِيْنَ تَزْدَرِيْٓ اَعْيُنُكُمْ
لَنْ يُّؤْتِيَهُمُ اللّٰهُ خَيْرًا ۗ اَللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ
ۚاِنِّيْٓ اِذًا لَّمِنَ الظّٰلِمِيْنَ
Wa
lā aqūlu lakum ‘indī khazā'inullāhi wa lā a‘lamul-gaiba wa lā aqūlu innī
malakuw wa lā aqūlu lil-lażīna tazdarī a‘yunukum lay yu'tiyahumullāhu
khairā(n), allāhu a‘lamu bimā fī anfusihim, innī iżal laminaẓ-ẓālimīn(a).
Aku
tidak mengatakan kepadamu bahwa aku mempunyai perbendaharaan (rezeki) Allah.
Aku tidak mengetahui yang gaib dan tidak (pula) mengatakan bahwa sesungguhnya
aku adalah malaikat. Aku tidak (juga) mengatakan kepada orang-orang yang
dipandang hina oleh penglihatanmu bahwa Allah tidak akan memberikan kebaikan
kepada mereka. Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka. Jika
demikian, sesungguhnya aku benar-benar termasuk orang-orang yang zalim.”
32
قَالُوْا
يٰنُوْحُ قَدْ جَادَلْتَنَا فَاَ كْثَرْتَ جِدَالَنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ
اِنْ كُنْتَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ
Qālū
yā nūḥu qad jādaltanā fa akṡarta jidālanā
fa'tinā bimā ta‘idunā in kunta minaṣ-ṣādiqīn(a).
Mereka
berkata, “Wahai Nuh, sungguh engkau telah berbantah dengan kami dan engkau
telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami. Maka, datangkanlah kepada kami
azab yang engkau ancamkan jika kamu termasuk orang-orang yang benar.”
33
قَالَ
اِنَّمَا يَأْتِيْكُمْ بِهِ اللّٰهُ اِنْ شَاۤءَ وَمَآ اَنْتُمْ بِمُعْجِزِيْنَ
Qāla
innamā ya'tīkum bihillāhu in syā'a wa mā antum bimu‘jizīn(a).
Dia
(Nuh) menjawab, “Sesungguhnya hanya Allah yang akan mendatangkannya (azab)
kepadamu jika Dia menghendaki dan sekali-kali kamu tidak akan dapat melepaskan
diri (darinya).
34
وَلَا
يَنْفَعُكُمْ نُصْحِيْٓ اِنْ اَرَدْتُّ اَنْ اَنْصَحَ لَكُمْ اِنْ كَانَ اللّٰهُ
يُرِيْدُ اَنْ يُّغْوِيَكُمْ ۗهُوَ رَبُّكُمْ ۗوَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَۗ
Wa
lā yanfa‘ukum nuṣḥī in arattu an anṣaḥa
lakum in kānallāhu yurīdu ay yugwiyakum, huwa rabbukum, wa ilaihi turja‘ūn(a).
Nasihatku
tidak akan bermanfaat bagimu sekalipun aku ingin menasihatimu, sekiranya Allah
hendak menyesatkan kamu. Dia adalah Tuhanmu dan hanya kepada-Nyalah kamu
dikembalikan.”
35
اَمْ
يَقُوْلُوْنَ افْتَرٰىهُۗ قُلْ اِنِ افْتَرَيْتُهٗ فَعَلَيَّ اِجْرَامِيْ وَاَنَا۠
بَرِيْۤءٌ مِّمَّا تُجْرِمُوْنَ ࣖ
Am
yaqūlūnaftarāh(u), qul iniftaraituhū fa ‘alayya ijrāmī wa ana barī'um mimmā
tujrimūn(a).
Bahkan,
mereka (orang kafir Makkah) berkata, “Dia cuma mengada-adakannya (Al-Qur’an).”
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika aku mengada-adakannya, akulah yang akan
memikul dosanya dan aku berlepas diri dari dosa yang kamu perbuat.”
36
وَاُوْحِيَ
اِلٰى نُوْحٍ اَنَّهٗ لَنْ يُّؤْمِنَ مِنْ قَوْمِكَ اِلَّا مَنْ قَدْ اٰمَنَ فَلَا
تَبْتَىِٕسْ بِمَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَۖ
Wa
ūḥiya ilā nūḥin annahū lay yu'mina min qaumika illā man qad āmana falā
tabta'is bimā kānū yaf‘alūn(a).
Diwahyukan
(oleh Allah) kepada Nuh, “(Ketahuilah) bahwa tidak akan beriman di antara
kaummu, kecuali orang yang benar-benar telah beriman. Maka, janganlah engkau
bersedih atas apa yang selalu mereka perbuat.
37
وَاصْنَعِ
الْفُلْكَ بِاَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلَا تُخَاطِبْنِيْ فِى الَّذِيْنَ
ظَلَمُوْا ۚاِنَّهُمْ مُّغْرَقُوْنَ
Waṣna‘il-fulka
bi'a‘yuninā wa waḥyinā wa lā tukhāṭibnī fil-lażīna ẓalamū,
innahum mugraqūn(a).
Buatlah
bahtera dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami dan janganlah engkau
bicarakan (lagi) dengan-Ku tentang (nasib) orang-orang yang zalim. Sesungguhnya
mereka itu akan ditenggelamkan.”