Audio Surat An-Nur 1-64
1
سُوْرَةٌ اَنْزَلْنٰهَا وَفَرَضْنٰهَا وَاَنْزَلْنَا فِيْهَآ
اٰيٰتٍۢ بَيِّنٰتٍ لَّعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Sūratun anzalnāhā wa
faraḍnāhā wa anzalnā fīhā āyātim bayyinātil la‘allakum
tażakkarūn(a).
(Inilah)
surah yang Kami turunkan, Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum)-nya, dan Kami
turunkan di dalamnya ayat-ayat yang jelas agar kamu mengambil pelajaran.
2
اَلزَّانِيَةُ وَالزَّانِيْ فَاجْلِدُوْا كُلَّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا
مِائَةَ جَلْدَةٍ ۖوَّلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اِنْ
كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۚ وَلْيَشْهَدْ
عَذَابَهُمَا طَاۤىِٕفَةٌ مِّنَ الْمُؤْمِنِيْنَ
Az-zāniyatu waz-zānī
fajlidū kulla wāḥidim minhumā mi'ata jaldah(tan), wa lā ta'khużkum
bihimā ra'fatun fī dīnillāhi in kuntum tu'minūna billāhi wal-yaumil-ākhir(i),
walyasyhad ‘ażābahumā ṭā'ifatum minal-mu'minīn(a).
Pezina perempuan dan
pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali dan
janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (melaksanakan)
agama (hukum) Allah jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Hendaklah
(pelaksanaan) hukuman atas mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang mukmin.
3
اَلزَّانِيْ لَا يَنْكِحُ اِلَّا زَانِيَةً اَوْ مُشْرِكَةً
ۖوَّالزَّانِيَةُ لَا يَنْكِحُهَآ اِلَّا زَانٍ اَوْ مُشْرِكٌ ۚوَحُرِّمَ ذٰلِكَ
عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ
Az-zānī lā yankiḥu illā zāniyatan au musyrikah(tan), waz-zāniyatu lā yankiḥuhā illā zānin au musyrik(un), wa ḥurrima żālika ‘alal-mu'minīn(a).
Pezina laki-laki tidak
pantas menikah, kecuali dengan pezina perempuan atau dengan perempuan musyrik
dan pezina perempuan tidak pantas menikah, kecuali dengan pezina laki-laki atau
dengan laki-laki musyrik. Yang demikian itu diharamkan bagi orang-orang mukmin.
4
وَالَّذِيْنَ يَرْمُوْنَ الْمُحْصَنٰتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوْا
بِاَرْبَعَةِ شُهَدَاۤءَ فَاجْلِدُوْهُمْ ثَمٰنِيْنَ جَلْدَةً وَّلَا تَقْبَلُوْا
لَهُمْ شَهَادَةً اَبَدًاۚ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ ۙ
Wal-lażīna yarmūnal-muḥṣanāti ṡumma lam ya'tū bi'arba‘ati syuhadā'a fajlidūhum
ṡamānīna jaldataw wa lā taqbalū lahum syahādatan
abadā(n), wa ulā'ika humul-fāsiqūn(a).
Orang-orang yang
menuduh (berzina terhadap) perempuan yang baik-baik dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (para penuduh itu) delapan
puluh kali dan janganlah kamu menerima kesaksian mereka untuk selama-lamanya.
Mereka itulah orang-orang yang fasik,
5
اِلَّا الَّذِيْنَ تَابُوْا مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ وَاَصْلَحُوْاۚ
فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Illal-lażīna tābū mim
ba‘di żālika wa aṣlaḥū, fa innallāha gafūrur
raḥīm(un).
kecuali mereka yang
bertobat setelah itu dan memperbaiki (dirinya), maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
6
وَالَّذِيْنَ يَرْمُوْنَ اَزْوَاجَهُمْ وَلَمْ يَكُنْ لَّهُمْ
شُهَدَاۤءُ اِلَّآ اَنْفُسُهُمْ فَشَهَادَةُ اَحَدِهِمْ اَرْبَعُ شَهٰدٰتٍۢ
بِاللّٰهِ ۙاِنَّهٗ لَمِنَ الصّٰدِقِيْنَ
Wal-lażīna yarmūna
azwājahum wa lam yakul lahum syuhadā'u illā anfusuhum fa syahādatu aḥadihim arba‘u syahādātim billāh(i), innahū laminaṣ-ṣādiqīn(a).
Orang-orang yang
menuduh istrinya berzina, padahal mereka tidak mempunyai saksi-saksi selain
diri mereka sendiri, maka kesaksian masing-masing orang itu ialah empat kali
bersumpah atas (nama) Allah, bahwa sesungguhnya dia termasuk orang yang benar.
7
وَالْخَامِسَةُ اَنَّ لَعْنَتَ اللّٰهِ عَلَيْهِ اِنْ كَانَ مِنَ
الْكٰذِبِيْنَ
Wal-khāmisatu anna
la‘natallāhi ‘alaihi in kāna minal-kāżibīn(a).
(Sumpah)
yang kelima adalah bahwa laknat Allah atasnya jika dia termasuk orang-orang
yang berdusta.514)
Catatan
Kaki
514) Seorang suami yang menuduh istrinya berbuat
zina, tetapi tidak dapat menghadirkan empat orang saksi, harus bersumpah dengan
nama Allah Swt. sebanyak empat kali bahwa tuduhannya adalah benar adanya.
Kemudian, dia bersumpah sekali lagi bahwa dia siap menerima laknat Allah jika
dia berdusta. Masalah ini dalam fikih dikenal dengan lian.
8
وَيَدْرَؤُا عَنْهَا الْعَذَابَ اَنْ تَشْهَدَ اَرْبَعَ شَهٰدٰتٍۢ
بِاللّٰهِ اِنَّهٗ لَمِنَ الْكٰذِبِيْنَ ۙ
Wa yadra'u
‘anhal-‘ażāba an tasyhada arba‘a syahādātim billāhi innahū laminal-kāżibīn(a).
Istri itu terhindar
dari hukuman apabila dia bersumpah empat kali atas (nama) Allah bahwa dia
(suaminya) benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta,
9
وَالْخَامِسَةَ اَنَّ غَضَبَ اللّٰهِ عَلَيْهَآ اِنْ كَانَ مِنَ
الصّٰدِقِيْنَ
Wal-khāmisata anna gaḍaballāhi ‘alaihā in kāna minaṣ-ṣādiqīn(a).
(Sumpah)
yang kelima adalah bahwa kemurkaan Allah atasnya (istri) jika dia (suaminya)
itu termasuk orang yang benar.
10
وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ وَاَنَّ اللّٰهَ
تَوَّابٌ حَكِيْمٌ ࣖ
Wa lau lā faḍlullāhi ‘alaikum wa raḥmatuhū wa annallāha
tawwābun ḥakīm(un).
Seandainya bukan
karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu dan (bukan karena) Allah Maha Penerima
Tobat lagi Maha Bijaksana, (niscaya kamu akan menemui kesulitan).
11
اِنَّ الَّذِيْنَ جَاۤءُوْ بِالْاِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنْكُمْۗ لَا
تَحْسَبُوْهُ شَرًّا لَّكُمْۗ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۗ لِكُلِّ امْرِئٍ
مِّنْهُمْ مَّا اكْتَسَبَ مِنَ الْاِثْمِۚ وَالَّذِيْ تَوَلّٰى كِبْرَهٗ مِنْهُمْ
لَهٗ عَذَابٌ عَظِيْمٌ
Innal-lażīna jā'ū bil-ifki
‘uṣbatum minkum, lā taḥsabūhu syarral lakum, bal huwa khairul lakum, likullimri'im
minhum maktasaba minal-iṡm(i), wal-lażī tawallā kibrahū minhum lahū ‘ażābun
‘aẓīm(un).
Sesungguhnya
orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah kelompok di antara kamu
(juga). Janganlah kamu mengira bahwa peristiwa itu buruk bagimu, sebaliknya itu
baik bagimu. Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan dari dosa yang
diperbuatnya. Adapun orang yang mengambil peran besar di antara mereka, dia
mendapat azab yang sangat berat.515)
Catatan
Kaki
515) Berita bohong ini mengenai ‘Aisyah r.a.,
Ummul Mukminin, setelah perang dengan Bani Mustaliq pada bulan Syakban 5 H.
Perang itu diikuti kaum munafik dan turut pula ‘Aisyah r.a. dengan Nabi saw.
berdasarkan undian yang diadakan di antara istri-istri beliau. Dalam perjalanan
kembali, mereka berhenti pada suatu tempat. ‘Aisyah r.a. keluar dari sekedupnya
untuk suatu keperluan, kemudian kembali. Tiba-tiba dia merasa kalungnya hilang,
lalu dia pun mencarinya. Sementara itu, rombongan berangkat dengan persangkaan
bahwa ‘Aisyah r.a. masih ada dalam sekedup. Setelah ‘Aisyah r.a. mengetahui
sekedupnya sudah berangkat, dia duduk di tempatnya dan berharap sekedup itu
akan kembali menjemputnya. Secara kebetulan, seorang sahabat Nabi bernama
Safwan bin Mu‘attal lewat di tempat itu dan menemukan seseorang yang sedang
tidur sendirian. Safwan terkejut seraya mengucapkan, “Innā lillāhi wa innā
ilaihi rāji‘ūn, istri Rasul!” ‘Aisyah r.a. terbangun. Lalu, Safwan
mempersilakan ‘Aisyah menaiki untanya. Safwan berjalan menuntun unta sampai
Madinah. Orang-orang yang melihat mereka membicarakannya menurut pendapat
masing-masing. Mulailah timbul desas-desus. Kemudian, kaum munafik
membesar-besarkannya. Maka, fitnah atas ‘Aisyah r.a. itu pun bertambah luas
sehingga menimbulkan keguncangan di kalangan kaum muslim.
12
لَوْلَآ اِذْ سَمِعْتُمُوْهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُوْنَ
وَالْمُؤْمِنٰتُ بِاَنْفُسِهِمْ خَيْرًاۙ وَّقَالُوْا هٰذَآ اِفْكٌ مُّبِيْنٌ
Lau lā iż sami‘tumūhu ẓannal-mu'minūna wal-mu'minātu bi'anfusihim khairā(n), wa qālū
hāżā ifkum mubīn(un).
Mengapa orang-orang
mukmin dan mukminat tidak berbaik sangka terhadap kelompok mereka sendiri,
ketika kamu mendengar berita bohong itu, dan berkata, “Ini adalah (berita)
bohong yang nyata?”
13
لَوْلَا جَاۤءُوْ عَلَيْهِ بِاَرْبَعَةِ شُهَدَاۤءَۚ فَاِذْ لَمْ
يَأْتُوْا بِالشُّهَدَاۤءِ فَاُولٰۤىِٕكَ عِنْدَ اللّٰهِ هُمُ الْكٰذِبُوْنَ
Lau lā jā'ū ‘alaihi
bi'arba‘ati syuhadā'(a), fa iż lam ya'tū bisy-syuhadā'i fa ulā'ika ‘indallāhi
humul-kāżibūn(a).
Mengapa mereka (yang
menuduh itu) tidak datang membawa empat saksi? Karena tidak membawa
saksi-saksi, mereka itu adalah para pendusta dalam pandangan Allah.
14
وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ فِى الدُّنْيَا
وَالْاٰخِرَةِ لَمَسَّكُمْ فِيْ مَآ اَفَضْتُمْ فِيْهِ عَذَابٌ عَظِيْمٌ
Wa lau lā faḍlullāhi ‘alaikum wa raḥmatuhū fid-dun-yā wal-ākhirati
lamassakum fīmā afaḍtum fīhi ‘ażābun ‘aẓīm(un).
Seandainya bukan
karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu di dunia dan di akhirat, niscaya
kamu ditimpa azab yang sangat berat disebabkan oleh pembicaraan kamu tentang
(berita bohong) itu.
15
اِذْ تَلَقَّوْنَهٗ بِاَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُوْلُوْنَ
بِاَفْوَاهِكُمْ مَّا لَيْسَ لَكُمْ بِهٖ عِلْمٌ وَّتَحْسَبُوْنَهٗ هَيِّنًاۙ
وَّهُوَ عِنْدَ اللّٰهِ عَظِيْمٌ ۚ
Iż talaqqaunahū bi'alsinatikum
wa taqūlūna bi'afwāhikum mā laisa lakum bihī ‘ilmuw wa taḥsabūnahū hayyinā(n), wa huwa ‘indallāhi ‘aẓīm(un).
(Ingatlah)
ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut; kamu mengatakan
dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun; dan kamu menganggapnya
remeh, padahal dalam pandangan Allah itu masalah besar.
16
وَلَوْلَآ اِذْ سَمِعْتُمُوْهُ قُلْتُمْ مَّا يَكُوْنُ لَنَآ
اَنْ نَّتَكَلَّمَ بِهٰذَاۖ سُبْحٰنَكَ هٰذَا بُهْتَانٌ عَظِيْمٌ
Wa lau lā iż
sami‘tumūhu qultum mā yakūnu lanā an natakallama bihāżā, subḥānaka hāżā buhtānun ‘aẓīm(un).
Mengapa ketika
mendengarnya (berita bohong itu), kamu tidak berkata, “Tidak pantas bagi kita
membicarakan ini. Maha Suci Engkau. Ini adalah kebohongan yang besar.”
17
يَعِظُكُمُ اللّٰهُ اَنْ تَعُوْدُوْا لِمِثْلِهٖٓ اَبَدًا اِنْ
كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ ۚ
Ya‘iẓukumullāhu an ta‘ūdū limiṡlihī abadan in kuntum
mu'minīn(a).
Allah memperingatkan
kamu agar (jangan) kembali mengulangi seperti itu selama-lamanya jika kamu
orang-orang mukmin.
18
وَيُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمُ الْاٰيٰتِۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ
حَكِيْمٌ
Wa yubayyinullāhu
lakumul-āyāt(i), wallāhu ‘alīmun ḥakīm(un).
Allah menjelaskan
ayat-ayat(-Nya) kepadamu. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
19
اِنَّ الَّذِيْنَ يُحِبُّوْنَ اَنْ تَشِيْعَ الْفَاحِشَةُ فِى
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌۙ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِۗ
وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
Innal-lażīna yuḥibbūna an tasyī‘al-fāḥisyatu fil-lażīna āmanū
lahum ‘ażābun alīm(un), fid-dun-yā wal-ākhirah(ti), wallāhu ya‘lamu wa antum lā
ta‘lamūn(a).
Sesungguhnya
orang-orang yang senang atas tersebarnya (berita bohong) yang sangat keji itu
di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang sangat pedih di
dunia dan di akhirat. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.
20
وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ وَاَنَّ اللّٰهَ
رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ ࣖ
Wa lau lā faḍlullāhi ‘alaikum wa raḥmatuhū wa annallāha
ra'ūfur raḥīm(un).
Kalau bukan karena
karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu dan (bukan karena) Allah Maha Penyantun
lagi Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar).
21
۞ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ
الشَّيْطٰنِۗ وَمَنْ يَّتَّبِعْ خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ فَاِنَّهٗ يَأْمُرُ
بِالْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِۗ وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ
مَا زَكٰى مِنْكُمْ مِّنْ اَحَدٍ اَبَدًاۙ وَّلٰكِنَّ اللّٰهَ يُزَكِّيْ مَنْ
يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
Yā ayyuhal-lażīna
āmanū lā tattabi‘ū khuṭuwātisy-syaiṭān(i), wa may yattabi‘
khuṭuwātisy-syaiṭāni fa innahū ya'muru
bil-faḥsyā'i wal-munkar(i), wa lau lā faḍlullāhi ‘alaikum wa raḥmatuhū mā zakā minkum
min aḥadin abadā(n), wa lākinnallāha yuzakkī may
yasyā'(u), wallāhu samī‘un ‘alīm(un).
Wahai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan! Siapa yang mengikuti
langkah-langkah setan, maka sesungguhnya dia (setan) menyuruh (manusia
mengerjakan perbuatan) yang keji dan mungkar. Kalau bukan karena karunia Allah
dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun di antara kamu bersih (dari
perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya. Akan tetapi, Allah membersihkan
siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
22
وَلَا يَأْتَلِ اُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ اَنْ
يُّؤْتُوْٓا اُولِى الْقُرْبٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَالْمُهٰجِرِيْنَ فِيْ سَبِيْلِ
اللّٰهِ ۖوَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْاۗ اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ
اللّٰهُ لَكُمْ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Wa lā ya'tali ulul-faḍli minkum was-sa‘ati ay yu'tū ulil-qurbā wal-masākīna wal-muhājirīna
fī sabīlillāh(i), wal ya‘fū wal yaṣfaḥū, alā tuḥibbūna ay yagfirallāhu lakum, wallāhu gafūrur
raḥīm(un).
Janganlah orang-orang
yang mempunyai kelebihan dan kelapangan (rezeki) di antara kamu bersumpah
(tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(-nya), orang-orang miskin, dan
orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Hendaklah mereka memaafkan dan
berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
23
اِنَّ الَّذِيْنَ يَرْمُوْنَ الْمُحْصَنٰتِ الْغٰفِلٰتِ
الْمُؤْمِنٰتِ لُعِنُوْا فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ
ۙ
Innal-lażīna
yarmūnal-muḥṣanātil-gāfilātil-mu'mināti lu‘inū fid-dun-yā
wal-ākhirah(ti), wa lahum ‘ażābun ‘aẓīm(un).
Sesungguhnya
orang-orang yang menuduh perempuan baik-baik, polos,516) dan beriman (dengan tuduhan berzina), mereka dilaknat di
dunia dan di akhirat dan mereka akan mendapat azab yang besar
Catatan
Kaki
516) Yang dimaksud dengan perempuan-perempuan yang
polos adalah perempuan-perempuan yang tidak pernah sekali pun tebersit dalam
pikirannya untuk berbuat keji.
24
يَّوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ اَلْسِنَتُهُمْ وَاَيْدِيْهِمْ
وَاَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Yauma tasyhadu
‘alaihim alsinatuhum wa aidīhim wa arjuluhum bimā kānū ya‘malūn(a).
pada hari (ketika)
lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang
dahulu mereka kerjakan.
25
يَوْمَىِٕذٍ يُّوَفِّيْهِمُ اللّٰهُ دِيْنَهُمُ الْحَقَّ
وَيَعْلَمُوْنَ اَنَّ اللّٰهَ هُوَ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ
Yauma'iżiy
yuwaffīhimullāhu dīnahumul-ḥaqqa wa ya‘lamūna annallāha huwal-ḥaqqul-mubīn(u).
Pada hari itu Allah
menyempurnakan balasan yang sebenarnya bagi mereka dan mereka mengetahui bahwa
sesungguhnya Allah Maha Benar lagi Maha Menjelaskan.
26
اَلْخَبِيْثٰتُ لِلْخَبِيْثِيْنَ وَالْخَبِيْثُوْنَ
لِلْخَبِيْثٰتِۚ وَالطَّيِّبٰتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَالطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبٰتِۚ
اُولٰۤىِٕكَ مُبَرَّءُوْنَ مِمَّا يَقُوْلُوْنَۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ
كَرِيْمٌ ࣖ
Al-khabīṡātu lil-khabīṡīna wal-khabīṡūna lil-khabīṡāt(i), waṭ-ṭayyibātu liṭ-ṭayyibīna waṭ-ṭayyibūna liṭ-ṭayyibāt(i), ulā'ika
mubarra'ūna mimmā yaqūlūn(a), lahum magfiratuw wa rizqun karīm(un).
Perempuan-perempuan
yang keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji untuk
perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik
untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan
yang baik (pula). Mereka (yang baik) itu bersih dari apa yang dituduhkan orang.
Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia.517)
Catatan
Kaki
517) Ayat ini menunjukkan kesucian ‘Aisyah r.a.
dan Safwan dari segala tuduhan yang ditujukan kepada mereka. Rasulullah adalah
orang yang paling baik. Maka, perempuan yang baik pulalah yang menjadi istri
beliau.
27
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَدْخُلُوْا بُيُوْتًا
غَيْرَ بُيُوْتِكُمْ حَتّٰى تَسْتَأْنِسُوْا وَتُسَلِّمُوْا عَلٰٓى اَهْلِهَاۗ
ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Yā ayyuhal-lażīna
āmanū lā tadkhulū buyūtan gaira buyūtikum ḥattā tasta'nisū wa
tusallimū ‘alā ahlihā, żālikum khairul lakum la‘allakum tażakkarūn(a).
Wahai orang-orang yang
beriman, janganlah memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan
memberi salam kepada penghuninya. Demikian itu lebih baik bagimu agar kamu mengambil
pelajaran.
28
فَاِنْ لَّمْ تَجِدُوْا فِيْهَآ اَحَدًا فَلَا تَدْخُلُوْهَا
حَتّٰى يُؤْذَنَ لَكُمْ وَاِنْ قِيْلَ لَكُمُ ارْجِعُوْا فَارْجِعُوْا هُوَ
اَزْكٰى لَكُمْ ۗوَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ
Fa illam tajidū fīhā aḥadan falā tadkhulūhā ḥattā yu'żana lakum wa
in qīla lakumurji‘ū farji‘ū huwa azkā lakum, wallāhu bimā ta‘malūna ‘alīm(un).
Jika kamu tidak
menemui seorang pun di dalamnya, janganlah masuk sebelum mendapat izin. Jika
dikatakan kepadamu, “Kembalilah,” (hendaklah) kamu kembali. Itu lebih suci
bagimu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
29
لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَنْ تَدْخُلُوْا بُيُوْتًا غَيْرَ
مَسْكُوْنَةٍ فِيْهَا مَتَاعٌ لَّكُمْۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تُبْدُوْنَ وَمَا
تَكْتُمُوْنَ
Laisa ‘alaikum junāḥun an tadkhulū buyūtan gaira maskūnatin fīhā matā‘ul lakum, wallāhu
ya‘lamu mā tubdūna wa mā taktumūn(a).
Tidak ada dosa atasmu
memasuki rumah yang tidak dihuni (sebagai tempat umum) yang di dalamnya ada
kepentingan kamu; Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu
sembunyikan.
30
قُلْ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ
وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْۗ ذٰلِكَ اَزْكٰى لَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ
بِمَا يَصْنَعُوْنَ
Qul lil-mu'minīna yaguḍḍū min abṡārihim wa yaḥfaẓū furūjahum, żālika azkā lahum, innallāha khabīrum bimā yaṣna‘ūn(a).
Katakanlah kepada
laki-laki yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya dan memelihara
kemaluannya. Demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha
Teliti terhadap apa yang mereka perbuat.
31
وَقُلْ لِّلْمُؤْمِنٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ اَبْصَارِهِنَّ
وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا مَا ظَهَرَ
مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى جُيُوْبِهِنَّۖ وَلَا يُبْدِيْنَ
زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا لِبُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اٰبَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اٰبَاۤءِ
بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ
اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اَخَوٰتِهِنَّ اَوْ
نِسَاۤىِٕهِنَّ اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُهُنَّ اَوِ التّٰبِعِيْنَ غَيْرِ
اُولِى الْاِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفْلِ الَّذِيْنَ لَمْ يَظْهَرُوْا
عَلٰى عَوْرٰتِ النِّسَاۤءِ ۖوَلَا يَضْرِبْنَ بِاَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا
يُخْفِيْنَ مِنْ زِيْنَتِهِنَّۗ وَتُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَ
الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Wa qul lil-mu'mināti
yagḍuḍna min abṡārihinna wa yaḥfaẓna furūjahunna wa lā
yubdīna zīnatahunna illā mā ẓahara minhā walyaḍribna bikhumurihinna ‘alā juyūbihinn(a), wa lā yubdīna zīnatahunna
illā libu‘ūlatihinna au ābā'ihinna au abnā'ihinna au abnā'i bu‘ūlatihinna au
ikhwānihinna au banī ikhwānihinna au nisā'ihinna au mā malakat aimānuhunna
awit-tābi‘īna gairi ulil-irbati minar-rijāli awiṭ-ṭiflil-lażīna lam yaẓharū ‘alā ‘aurātin-nisā'(i),
wa lā yaḍribna bi'arjulihinna liyu‘lama mā yukhfīna min
zīnatihinn(a), wa tūbū ilallāhi jamī‘an ayyuhal-mu'minūna la‘allakum tufliḥūn(a).
Katakanlah kepada para
perempuan yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya, memelihara
kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (bagian tubuhnya), kecuali
yang (biasa) terlihat. Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.
Hendaklah pula mereka tidak menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada
suami mereka, ayah mereka, ayah suami mereka, putra-putra mereka, putra-putra
suami mereka, saudara-saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara laki-laki
mereka, putra-putra saudara perempuan mereka, para perempuan (sesama muslim),
hamba sahaya yang mereka miliki, para pelayan laki-laki (tua) yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat perempuan. Hendaklah pula mereka tidak mengentakkan kakinya agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Bertobatlah kamu semua kepada
Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.
32
وَاَنْكِحُوا الْاَيَامٰى مِنْكُمْ وَالصّٰلِحِيْنَ مِنْ
عِبَادِكُمْ وَاِمَاۤىِٕكُمْۗ اِنْ يَّكُوْنُوْا فُقَرَاۤءَ يُغْنِهِمُ اللّٰهُ
مِنْ فَضْلِهٖۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Wa ankiḥul-ayāmā minkum waṣ-ṣāliḥīna min ‘ibādikum wa imā'ikum, iy yakūnū fuqarā'a
yugnihimullāhu min faḍlih(ī), wallāhu wāsi‘un ‘alīm(un).
Nikahkanlah
orang-orang yang masih membujang di antara kamu dan juga orang-orang yang layak
(menikah) dari hamba-hamba sahayamu, baik laki-laki maupun perempuan. Jika
mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya.
Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.
33
وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِيْنَ لَا يَجِدُوْنَ نِكَاحًا حَتّٰى
يُغْنِيَهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ ۗوَالَّذِيْنَ يَبْتَغُوْنَ الْكِتٰبَ مِمَّا
مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ فَكَاتِبُوْهُمْ اِنْ عَلِمْتُمْ فِيْهِمْ خَيْرًا
وَّاٰتُوْهُمْ مِّنْ مَّالِ اللّٰهِ الَّذِيْٓ اٰتٰىكُمْ ۗوَلَا تُكْرِهُوْا
فَتَيٰتِكُمْ عَلَى الْبِغَاۤءِ اِنْ اَرَدْنَ تَحَصُّنًا لِّتَبْتَغُوْا عَرَضَ
الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗوَمَنْ يُّكْرِهْهُّنَّ فَاِنَّ اللّٰهَ مِنْۢ بَعْدِ
اِكْرَاهِهِنَّ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Walyasta‘fifil-lażīna
lā yajidūna nikāḥan ḥattā yugniyahumullāhu
min faḍlih(ī), wal-lażīna yabtagūnal-kitāba mimmā
malakat aimānukum fa kātibūhum in ‘alimtum fīhim khairaw wa ātūhum mim mālillāhil-lażī
ātākum, wa lā tukrihū fatayātikum ‘alal-bigā'i in aradna taḥaṣṣunal litabtagū ‘araḍal-ḥayātid-dun-yā, wa may yukrihhunna fa innallāha
mim ba‘di ikrāhihinna gafūrur raḥīm(un).
Orang-orang yang tidak
mampu menikah, hendaklah menjaga kesucian (diri)-nya sampai Allah memberi
kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. (Apabila) hamba sahaya yang kamu miliki
menginginkan perjanjian (kebebasan), hendaklah kamu buat perjanjian dengan
mereka jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka. Berikanlah kepada mereka
sebagian harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Janganlah kamu paksa hamba
sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, jika mereka sendiri menginginkan
kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi. Siapa yang
memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
(kepada mereka) setelah mereka dipaksa.
34
وَلَقَدْ اَنْزَلْنَآ اِلَيْكُمْ اٰيٰتٍ مُّبَيِّنٰتٍ وَّمَثَلًا
مِّنَ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ وَمَوْعِظَةً لِّلْمُتَّقِيْنَ ࣖ
Wa laqad anzalnā
ilaikum āyātim mubayyinātiw wa maṡalam minal-lażīna
khalau min qablikum wa mau‘iẓatal lil-muttaqīn(a).
Sungguh, Kami
benar-benar telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penjelasan,
contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu, dan pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa.
35
۞ اَللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ مَثَلُ نُوْرِهٖ
كَمِشْكٰوةٍ فِيْهَا مِصْبَاحٌۗ اَلْمِصْبَاحُ فِيْ زُجَاجَةٍۗ اَلزُّجَاجَةُ
كَاَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُّوْقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُّبٰرَكَةٍ زَيْتُوْنَةٍ
لَّا شَرْقِيَّةٍ وَّلَا غَرْبِيَّةٍۙ يَّكَادُ زَيْتُهَا يُضِيْۤءُ وَلَوْ لَمْ
تَمْسَسْهُ نَارٌۗ نُوْرٌ عَلٰى نُوْرٍۗ يَهْدِى اللّٰهُ لِنُوْرِهٖ مَنْ
يَّشَاۤءُۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَلِيْمٌ ۙ
Allāhu nūrus-samāwāti
wal-arḍ(i), maṡalu nūrihī kamisykātin
fīhā miṣbāḥ(un), al-miṣbāḥu fī zujājah(tin), az-zujājatu ka'annahā
kaukabun durriyyuy yūqadu min syajaratim mubārakatin zaitūnatil lā syarqiyyatiw
wa lā garbiyyah(tin), yakādu zaituhā yuḍī'u wa lau lam
tamsashu nār(un), nūrun ‘alā nūr(in), yahdillāhu linūrihī may yasyā'(u), wa yaḍribullāhul-amṡāla lin-nās(i), wallāhu bikulli syai'in ‘alīm(un).
Allah (pemberi) cahaya
(pada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya seperti sebuah lubang (pada
dinding) yang tidak tembus518) yang di dalamnya ada pelita besar.
Pelita itu di dalam tabung kaca (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang (yang
berkilauan seperti) mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang
diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di
barat,519) yang minyaknya (saja) hampir-hampir
menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis).
Allah memberi petunjuk menuju cahaya-Nya kepada orang yang Dia kehendaki. Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.
Catatan
Kaki
518) Lubang yang tidak tembus (misykāt) ialah
suatu lubang di dinding rumah yang tidak tembus sampai ke sebelahnya, yang
biasanya digunakan untuk tempat menaruh lampu atau barang-barang lainnya. 519) Pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit. Pohon itu mendapat sinar
matahari, sejak terbit hingga menjelang terbenam, sehingga tumbuh subur dan
buahnya menghasilkan minyak yang baik.
36
فِيْ بُيُوْتٍ اَذِنَ اللّٰهُ اَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيْهَا
اسْمُهٗۙ يُسَبِّحُ لَهٗ فِيْهَا بِالْغُدُوِّ وَالْاٰصَالِ ۙ
Fī buyūtin ażinallāhu
an turfa‘a wa yużkara fīhasmuh(ū), yusabbiḥu lahū fīhā
bil-guduwwi wal-āṣāl(i).
(Cahaya
itu ada) di rumah-rumah yang telah Allah perintahkan untuk dimuliakan dan
disebut di dalamnya nama-Nya. Di dalamnya senantiasa bertasbih520) kepada-Nya pada waktu pagi dan petang
Catatan
Kaki
520) Yang bertasbih ialah orang yang disebut pada
ayat 37.
37
رِجَالٌ لَّا تُلْهِيْهِمْ تِجَارَةٌ وَّلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ
اللّٰهِ وَاِقَامِ الصَّلٰوةِ وَاِيْتَاۤءِ الزَّكٰوةِ ۙيَخَافُوْنَ يَوْمًا
تَتَقَلَّبُ فِيْهِ الْقُلُوْبُ وَالْاَبْصَارُ ۙ
Rijālul lā tulhīhim
tijāratuw wa lā bai‘un ‘an żikrillāhi wa iqāmiṣ-ṣalāti wa ītā'iz-zakāh(ti), yakhāfūna yauman tataqallabu fīhil-qulūbu
wal-abṣār(u).
orang-orang yang tidak
dilalaikan oleh perniagaan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan salat,
dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan
menjadi guncang (hari Kiamat).
38
لِيَجْزِيَهُمُ اللّٰهُ اَحْسَنَ مَا عَمِلُوْا وَيَزِيْدَهُمْ
مِّنْ فَضْلِهٖۗ وَاللّٰهُ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Liyajziyahumullāhu aḥsana mā ‘amilū wa yazīduhum min faḍlih(ī), wallāhu
yarzuqu may yasyā'u bigairi ḥisāb(in).
(Mereka
melakukan itu) agar Allah memberi balasan kepada mereka yang lebih baik
daripada apa yang telah mereka kerjakan dan agar Dia menambah karunia-Nya
kepada mereka. Allah menganugerahkan rezeki kepada siapa saja yang Dia
kehendaki tanpa batas.
39
وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍۢ بِقِيْعَةٍ
يَّحْسَبُهُ الظَّمْاٰنُ مَاۤءًۗ حَتّٰىٓ اِذَا جَاۤءَهٗ لَمْ يَجِدْهُ شَيْـًٔا
وَّوَجَدَ اللّٰهَ عِنْدَهٗ فَوَفّٰىهُ حِسَابَهٗ ۗ وَاللّٰهُ سَرِيْعُ الْحِسَابِ
ۙ
Wal-lażīna kafarū
a‘māluhum kasarābim biqī‘atiy yaḥsabuhuẓ-ẓam'ānu mā'ā(n), ḥattā iżā jā'ahū lam
yajidhu syai'aw wa wajadallāha ‘indahū fa waffāhu ḥisābah(ū), wallāhu sarī‘ul-ḥisāb(i).
Orang-orang yang
kufur, amal perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar.
Orang-orang yang dahaga menyangkanya air, hingga apabila ia mendatanginya, ia
tidak menjumpai apa pun. (Sebaliknya,) ia mendapati (ketetapan) Allah (baginya)
di sana, lalu Dia memberikan kepadanya perhitungan (amal-amal) dengan sempurna.
Allah sangat cepat perhitungan-Nya.521)
Catatan
Kaki
521) Orang-orang kafir, karena amal-amal mereka
tidak didasarkan atas iman, tidaklah mendapat balasan dari Allah Swt. di
akhirat, walaupun di dunia mereka mengira akan mendapat balasan atas amal
mereka itu.
40
اَوْ كَظُلُمٰتٍ فِيْ بَحْرٍ لُّجِّيٍّ يَّغْشٰىهُ مَوْجٌ مِّنْ
فَوْقِهٖ مَوْجٌ مِّنْ فَوْقِهٖ سَحَابٌۗ ظُلُمٰتٌۢ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍۗ
اِذَآ اَخْرَجَ يَدَهٗ لَمْ يَكَدْ يَرٰىهَاۗ وَمَنْ لَّمْ يَجْعَلِ اللّٰهُ لَهٗ
نُوْرًا فَمَا لَهٗ مِنْ نُّوْرٍ ࣖ
Au kaẓulumātin fī baḥril lujjiyyiy yagsyāhu maujum min fauqihī
maujum min fauqihī saḥāb(un), ẓulumātum ba‘ḍuhā fauqa ba‘ḍ(in), iżā akhraja yadahū lam yakad yarāhā, wa
mal lam yaj‘alillāhu lahū nūran famā lahū min nūr(in).
Atau, (amal perbuatan
orang-orang yang kufur itu) seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang
diliputi oleh gelombang demi gelombang yang di atasnya ada awan gelap. Itulah
gelap gulita yang berlapis-lapis. Apabila dia mengeluarkan tangannya, ia
benar-benar tidak dapat melihatnya. Siapa yang tidak diberi cahaya (petunjuk)
oleh Allah, maka dia tidak mempunyai cahaya sedikit pun.
41
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يُسَبِّحُ لَهٗ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ
وَالْاَرْضِ وَالطَّيْرُ صٰۤفّٰتٍۗ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلَاتَهٗ وَتَسْبِيْحَهٗۗ
وَاللّٰهُ عَلِيْمٌۢ بِمَا يَفْعَلُوْنَ
Alam tara annallāha
yusabbiḥu lahū man fis-samāwāti wal-arḍi waṭ-ṭairu ṣāffāt(in), kullun qad ‘alima ṣalātahū wa tasbīḥah(ū), wallāhu ‘alīmum bimā yaf‘alūn(a).
Tidakkah engkau (Nabi
Muhammad) tahu bahwa sesungguhnya kepada Allahlah apa yang di langit dan di
bumi dan burung-burung yang merentangkan sayapnya senantiasa bertasbih.
Masing-masing sungguh telah mengetahui doa dan tasbihnya. Allah Maha Mengetahui
apa yang mereka lakukan.
42
وَلِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ وَاِلَى اللّٰهِ
الْمَصِيْرُ
Wa lillāhi
mulkus-samāwāti wal-arḍ(i), wa ilallāhil-maṣīr(u).
Milik Allahlah
kerajaan langit dan bumi dan hanya kepada Allahlah kembalinya (seluruh
makhluk).