1
الۤرٰ
ۗتِلْكَ اٰيٰتُ الْكِتٰبِ الْحَكِيْمِ
Alif lām rā, tilka
āyātul-kitābil-ḥakīm(i).
Alif Lām Rā. Itulah ayat-ayat Kitab
(Al-Qur’an) yang penuh hikmah
2
اَكَانَ
لِلنَّاسِ عَجَبًا اَنْ اَوْحَيْنَآ اِلٰى رَجُلٍ مِّنْهُمْ اَنْ اَنْذِرِ
النَّاسَ وَبَشِّرِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنَّ لَهُمْ قَدَمَ صِدْقٍ عِنْدَ
رَبِّهِمْ ۗ قَالَ الْكٰفِرُوْنَ اِنَّ هٰذَا لَسٰحِرٌ مُّبِيْنٌ
Akāna lin-nāsi ‘ajaban an auḥainā
ilā rajulim minhum an anżirin-nāsa wa basysyiril-lażīna āmanū anna lahum qadama
ṣidqin ‘inda rabbihim, qālal-kāfirūna inna hāżā lasāḥirum mubīn(un).
Pantaskah menjadi suatu keheranan
bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka
(yaitu), “Berilah peringatan kepada manusia dan berilah kabar gembira kepada
orang-orang yang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi
Tuhan mereka.” Orang-orang kafir berkata, “Sesungguhnya dia (Nabi Muhammad) ini
benar-benar seorang penyihir yang nyata.”
3
اِنَّ
رَبَّكُمُ اللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ
ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الْاَمْرَۗ مَا مِنْ شَفِيْعٍ اِلَّا
مِنْۢ بَعْدِ اِذْنِهٖۗ ذٰلِكُمُ اللّٰهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْهُۗ اَفَلَا
تَذَكَّرُوْنَ
Inna rabbakumullāhul -lażī
khalaqas-samāwāti wal-arḍa fī sittati ayyāmin ṡummastawā ‘alal-‘arsyi
yudabbirul-amr(a), mā min syafī‘in illā mim ba‘di iżnih(ī), żālikumullāhu
rabbukum fa‘budūh(u), afalā tażakkarūn(a).
Sesungguhnya Tuhanmu adalah Allah
yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,341) kemudian
Dia bersemayam di atas ʻArasy342) (seraya) mengatur segala
urusan. Tidak ada seorang pun pemberi syafaat, kecuali setelah (mendapat)
izin-Nya. Itulah Allah, Tuhanmu. Maka, sembahlah Dia! Apakah kamu tidak
mengambil pelajaran?
Catatan Kaki
341) Lihat catatan kaki surah al-A‘rāf (7): 54 342) Bersemayam di atas ʻArasy sesuai dengan
keagungan dan kesucian-Nya.
4
اِلَيْهِ
مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًاۗ وَعْدَ اللّٰهِ حَقًّاۗ اِنَّهٗ يَبْدَؤُا الْخَلْقَ
ثُمَّ يُعِيْدُهٗ لِيَجْزِيَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
بِالْقِسْطِۗ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَهُمْ شَرَابٌ مِّنْ حَمِيْمٍ وَّعَذَابٌ
اَلِيْمٌ ۢبِمَا كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ
Ilaihi marji‘ukum jamī‘ā(n),
wa‘dallāhi ḥaqqā(n), innahū yabda'ul-khalqa ṡumma yu‘īduhū liyajziyal-lażīna
āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti bil-qisṭ(i), wal-lażīna kafarū lahum syarābum min
ḥamīmiw wa ‘ażābun alīmum bimā kānū yakfurūn(a).
Hanya kepada-Nya kamu semua akan
kembali. Itu merupakan janji Allah yang benar dan pasti. Sesungguhnya Dialah
yang memulai penciptaan (makhluk), kemudian mengembalikannya (menghidupkannya
lagi) agar Dia memberi balasan dengan adil kepada orang-orang yang beriman dan
beramal saleh. Adapun untuk orang-orang yang kufur, untuk mereka (disediakan)
minuman dari air yang mendidih dan azab yang sangat pedih karena mereka selalu
kufur.
5
هُوَ
الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاۤءً وَّالْقَمَرَ نُوْرًا وَّقَدَّرَهٗ مَنَازِلَ
لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَۗ مَا خَلَقَ اللّٰهُ ذٰلِكَ اِلَّا
بِالْحَقِّۗ يُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ
Huwal-lażī ja‘alasy-syamsa ḍiyā'aw
wal-qamara nūraw wa qaddarahū manāzila lita‘lamū ‘adadas-sinīna wal-ḥisāb(a),
mā khalaqallāhu zālika illā bil-ḥaqq(i), yufaṣṣilul-āyāti liqaumiy ya‘lamūn(a).
Dialah yang menjadikan matahari
bersinar dan bulan bercahaya.343) Dialah pula yang menetapkan
tempat-tempat orbitnya agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
(waktu).344) Allah tidak menciptakan demikian itu, kecuali dengan
benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada kaum yang mengetahui.
Catatan Kaki
343) Allah Swt. menjadikan matahari dan bulan berbeda sifat
fisisnya. Matahari bersinar karena memancarkan cahayanya dari proses reaksi
nuklir di dalam intinya, sedangkan bulan bercahaya karena memantulkan cahaya
matahari. 344) Pergerakan bulan mengitari bumi menyebabkan
pemantulan cahaya matahari oleh bulan berubah-ubah bentuknya, dari bentuk sabit
sampai purnama dan kembali menjadi sabit lagi, sesuai dengan posisinya.
Keteraturan periode bulan mengitari bumi dijadikan sebagai perhitungan waktu
bulanan. Dua belas bulan setara dengan satu tahun (surah at-Taubah [9]: 36).
6
اِنَّ
فِى اخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللّٰهُ فِى السَّمٰوٰتِ
وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَّقُوْنَ
Inna fikhtilāfil-laili wan-nahāri wa
mā khalaqallāhu fis-samāwāti wal-arḍi la'āyātil liqaumiy yattaqūn(a).
Sesungguhnya pada pergantian malam
dan siang dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi pasti
terdapat tanda-tanda (kebesaran-Nya) bagi kaum yang bertakwa.
7
اِنَّ
الَّذِيْنَ لَا يَرْجُوْنَ لِقَاۤءَنَا وَرَضُوْا بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَا
وَاطْمَـَٔنُّوْا بِهَا وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنْ اٰيٰتِنَا غٰفِلُوْنَۙ
Innal-lażīna lā yarjūna liqā'anā wa
raḍū bil-ḥayātid-dun-yā waṭma'annū bihā wal-lażīna hum ‘an āyātinā gāfilūn(a).
Sesungguhnya orang-orang yang tidak
mengharapkan pertemuan dengan Kami (di akhirat), merasa puas dengan kehidupan
dunia, dan merasa tenteram dengannya, serta orang-orang yang lalai terhadap
ayat-ayat Kami,
8
اُولٰۤىِٕكَ
مَأْوٰىهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
Ulā'ika ma'wāhumun nāru bimā kānū
yaksibūn(a).
mereka itu tempatnya adalah neraka
karena apa yang selalu mereka kerjakan.
9
اِنَّ
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ يَهْدِيْهِمْ رَبُّهُمْ
بِاِيْمَانِهِمْۚ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهِمُ الْاَنْهٰرُ فِيْ جَنّٰتِ النَّعِيْمِ
Innal-lażīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti
yahdīhim rabbuhum bi'īmānihim, tajrī min taḥtihimul-anhāru fī jannātin
na‘īm(i).
Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan beramal saleh, niscaya mereka diberi petunjuk oleh Tuhan karena
keimanannya. (Mereka berada) di dalam surga yang penuh kenikmatan yang mengalir
di bawahnya sungai-sungai.
10
دَعْوٰىهُمْ
فِيْهَا سُبْحٰنَكَ اللّٰهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيْهَا سَلٰمٌۚ وَاٰخِرُ
دَعْوٰىهُمْ اَنِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ࣖ
Da‘wāhum fīhā subḥānakallāhumma wa
taḥiyyatuhum fīhā salām(un), wa ākhiru da‘wāhum anil-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn(a).
Doa mereka di dalamnya adalah
“Subhānakallāhumma” (‘Maha Suci Engkau, ya Tuhan kami’) penghormatan mereka di
dalamnya adalah (ucapan) salam, dan doa penutup mereka adalah “Alḥamdu lillāhi
rabbil ‘ālamīn” (‘segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam’).
11
۞
وَلَوْ يُعَجِّلُ اللّٰهُ لِلنَّاسِ الشَّرَّ اسْتِعْجَالَهُمْ بِالْخَيْرِ
لَقُضِيَ اِلَيْهِمْ اَجَلُهُمْۗ فَنَذَرُ الَّذِيْنَ لَا يَرْجُوْنَ لِقَاۤءَنَا
فِيْ طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُوْنَ
Wa lau yu‘ajjilullāhu
lin-nāsisy-syarrasti‘jālahum bil-khairi laquḍiya ilaihim ajaluhum, fa
nażarul-lażīna lā yarjūna liqā'anā fī ṭugyānihim ya‘mahūn(a).
Jikalau Allah menyegerakan keburukan
bagi manusia sebagaimana permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pasti
ajal mereka diakhiri. Akan tetapi, Kami biarkan orang-orang yang tidak
mengharapkan pertemuan dengan Kami (di akhirat) terombang-ambing dalam
kesesatan mereka.
12
وَاِذَا
مَسَّ الْاِنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْۢبِهٖٓ اَوْ قَاعِدًا اَوْ قَاۤىِٕمًا
ۚفَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهٗ مَرَّ كَاَنْ لَّمْ يَدْعُنَآ اِلٰى ضُرٍّ
مَّسَّهٗۗ كَذٰلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِيْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Wa iżā massal-insānaḍ-ḍurru da‘ānā
lijambihī au qā‘idan au qā'imā(n), falammā kasyafnā ‘anhu ḍurrahū marra
ka'allam yad‘unā ilā ḍurrim massah(ū), każālika zuyyina lil-musrifīna mā kānū
ya‘malūn(a).
Apabila manusia ditimpa kesusahan,
dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri. Namun,
setelah Kami hilangkan kesusahan itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat)
seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) kesusahan
yang telah menimpanya. Demikianlah, dijadikan terasa indah bagi orang-orang
yang melampaui batas itu apa yang selalu mereka kerjakan.
13
وَلَقَدْ
اَهْلَكْنَا الْقُرُوْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَمَّا ظَلَمُوْاۙ وَجَاۤءَتْهُمْ
رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنٰتِ وَمَا كَانُوْا لِيُؤْمِنُوْا ۗ كَذٰلِكَ نَجْزِى
الْقَوْمَ الْمُجْرِمِيْنَ
Wa laqad ahlaknal-qurūna min
qablikum lammā ẓalamū, wa jā'athum rusuluhum bil-bayyināti wa mā kānū
liyu'minū, każālika najzil-qaumal-mujrimīn(a).
Sungguh, Kami benar-benar telah
membinasakan beberapa generasi sebelum kamu ketika mereka berbuat zalim,
padahal para rasul mereka telah datang membawa bukti-bukti yang nyata. Namun,
mereka sama sekali tidak mau beriman. Demikianlah, Kami memberi balasan kepada
kaum yang berbuat dosa.
14
ثُمَّ
جَعَلْنٰكُمْ خَلٰۤىِٕفَ فِى الْاَرْضِ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لِنَنْظُرَ كَيْفَ
تَعْمَلُوْنَ
Ṡumma ja‘alnākum khalā'ifa fil-arḍi
mim ba‘dihim linanẓura kaifa ta‘malūn(a).
Kemudian, Kami jadikan kamu sebagai
pengganti-pengganti di bumi setelah mereka untuk Kami lihat bagaimana kamu
berbuat.
15
وَاِذَا
تُتْلٰى عَلَيْهِمْ اٰيَاتُنَا بَيِّنٰتٍۙ قَالَ الَّذِيْنَ لَا يَرْجُوْنَ
لِقَاۤءَنَا ائْتِ بِقُرْاٰنٍ غَيْرِ هٰذَآ اَوْ بَدِّلْهُ ۗ قُلْ مَا يَكُوْنُ
لِيْٓ اَنْ اُبَدِّلَهٗ مِنْ تِلْقَاۤئِ نَفْسِيْ ۚاِنْ اَتَّبِعُ اِلَّا مَا
يُوْحٰٓى اِلَيَّ ۚ اِنِّيْٓ اَخَافُ اِنْ عَصَيْتُ رَبِّيْ عَذَابَ يَوْمٍ
عَظِيْمٍ
Wa iżā tutlā ‘alaihim āyātunā
bayyināt(in), qālal-lażīna lā yarjūna liqā'ana'ti biqur'ānin gairi hāżā au
baddilh(u), qul mā yakūnu lī an ubaddilahū min tilqā'i nafsī, in attabi‘u illā
mā yūḥā ilayy(a), innī akhāfu in ‘aṣaitu rabbī ‘ażāba yaumin ‘aẓīm(in).
Apabila dibacakan kepada mereka
ayat-ayat Kami secara jelas, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan
dengan Kami (di akhirat) berkata, “Datangkanlah kitab selain Al-Qur’an ini atau
gantilah!” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tidaklah pantas bagiku menggantinya
atas kemauanku sendiri. Aku tidak mengikuti, kecuali apa yang diwahyukan
kepadaku. Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang dahsyat jika mendurhakai
Tuhanku.”
16
قُلْ
لَّوْ شَاۤءَ اللّٰهُ مَا تَلَوْتُهٗ عَلَيْكُمْ وَلَآ اَدْرٰىكُمْ بِهٖ ۖفَقَدْ
لَبِثْتُ فِيْكُمْ عُمُرًا مِّنْ قَبْلِهٖۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
Qul lau syā'allāhu mā talautuhū
‘alaikum wa lā adrākum bih(ī), faqad labiṡtu fīkum ‘umuram min qablih(ī), afalā
ta‘qilūn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jikalau
Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak
(pula) memberitahukannya kepadamu. Sungguh, aku telah tinggal bersamamu
beberapa lama sebelumnya (sebelum turun Al-Qur’an). Apakah kamu tidak
mengerti?”
17
فَمَنْ
اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ كَذَّبَ بِاٰيٰتِهٖۗ
اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُوْنَ
Faman aẓlamu mimmaniftarā ‘alallāhi
każiban au każżaba bi'āyātih(ī), innahū lā yufliḥul-mujrimūn(a).
Maka, siapakah yang lebih zalim
daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau mendustakan
ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya para pendurhaka itu tidak akan beruntung.
18
وَيَعْبُدُوْنَ
مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُوْلُوْنَ
هٰٓؤُلَاۤءِ شُفَعَاۤؤُنَا عِنْدَ اللّٰهِ ۗقُلْ اَتُنَبِّـُٔوْنَ اللّٰهَ بِمَا
لَا يَعْلَمُ فِى السَّمٰوٰتِ وَلَا فِى الْاَرْضِۗ سُبْحٰنَهٗ وَتَعٰلٰى عَمَّا
يُشْرِكُوْنَ
Wa ya‘budūna min dūnillāhi mā lā
yaḍurruhum wa lā yanfa‘uhum wa yaqūlūna hā'ulā'i syufa‘ā'unā ‘indallāh(i), qul
atunabbi'ūnallāha bimā lā ya‘lamu fis-samāwāti wa lā fil-arḍ(i), subḥānahū wa
ta‘ālā ‘ammā yusyrikūn(a).
Mereka menyembah selain Allah apa
yang tidak dapat mendatangkan mudarat kepada mereka dan tidak (pula) memberi
manfaat. Mereka berkata, “Mereka (sembahan) itu adalah penolong-penolong kami
di hadapan Allah.”345) Katakanlah, “Apakah kamu akan memberitahukan kepada
Allah sesuatu di langit dan di bumi yang tidak Dia ketahui?”346) Maha
Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
Catatan Kaki
345) Kalimat ini adalah ejekan terhadap penyembah berhala yang
menyangka bahwa berhala-berhala itu dapat memberinya pertolongan di hadapan
Allah Swt. 346) Ayat ini tidak menunjukkan
ketidaktahuan Allah Swt. atas segala sesuatu di langit dan di bumi, tetapi
menunjukkan kemustahilan adanya sembahan selain Allah Swt.
19
وَمَا
كَانَ النَّاسُ اِلَّآ اُمَّةً وَّاحِدَةً فَاخْتَلَفُوْاۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ
سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيْمَا فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ
Wa mā kānan-nāsu illā ummataw
wāḥidatan fakhtalafū, wa lau lā kalimatun sabaqat mir rabbika laquḍiya bainahum
fīmā fīhi yakhtalifūn(a).
Manusia itu dahulunya hanya umat
yang satu (dalam ketauhidan), lalu mereka berselisih. Seandainya tidak karena
suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu,347) pastilah di antara mereka
telah diberi keputusan (azab di dunia) tentang apa yang mereka perselisihkan
itu.
Catatan Kaki
347) Yakni ketetapan bahwa perselisihan manusia di dunia itu
akan diputuskan di akhirat.
20
وَيَقُوْلُوْنَ
لَوْلَآ اُنْزِلَ عَلَيْهِ اٰيَةٌ مِّنْ رَّبِّهٖۚ فَقُلْ اِنَّمَا الْغَيْبُ
لِلّٰهِ فَانْتَظِرُوْاۚ اِنِّيْ مَعَكُمْ مِّنَ الْمُنْتَظِرِيْنَ ࣖ
Wa yaqūlūna lau lā unzila ‘alaihi
āyatum mir rabbih(ī), faqul innamal-gaibu lillāhi fantaẓirū, innī ma‘akum
minal-muntaẓirīn(a).
Mereka berkata, “Mengapa tidak
diturunkan kepadanya (Nabi Muhammad) suatu bukti (mukjizat) dari Tuhannya?”
Katakanlah, “Sungguh, segala yang gaib itu hanya milik Allah. Maka, tunggulah
(siksaan Allah)! Sesungguhnya aku pun termasuk orang-orang yang menunggu
bersamamu.
21
وَاِذَآ
اَذَقْنَا النَّاسَ رَحْمَةً مِّنْۢ بَعْدِ ضَرَّاۤءَ مَسَّتْهُمْ اِذَا لَهُمْ
مَّكْرٌ فِيْٓ اٰيٰتِنَاۗ قُلِ اللّٰهُ اَسْرَعُ مَكْرًاۗ اِنَّ رُسُلَنَا
يَكْتُبُوْنَ مَا تَمْكُرُوْنَ
Wa iżā ażaqnan-nāsa raḥmatam mim
ba‘di ḍarrā'a massathum iżā lahum makrun fī āyātinā, qulillāhu asra‘u makrā(n),
inna rusulanā yaktubūna mā tamkurūn(a).
Apabila Kami memberikan suatu rahmat
kepada manusia setelah bencana menimpa mereka, mereka segera melakukan segala
tipu daya (untuk menentang) ayat-ayat Kami. Katakanlah, “Allah lebih cepat
pembalasan-Nya (atas tipu daya itu).” Sesungguhnya malaikat-malaikat Kami
mencatat tipu dayamu.
22
هُوَ
الَّذِيْ يُسَيِّرُكُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِۗ حَتّٰٓى اِذَا كُنْتُمْ فِىْ
الْفُلْكِۚ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيْحٍ طَيِّبَةٍ وَّفَرِحُوْا بِهَا جَاۤءَتْهَا
رِيْحٌ عَاصِفٌ وَّجَاۤءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَّظَنُّوْٓا
اَنَّهُمْ اُحِيْطَ بِهِمْۙ دَعَوُا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۚ
لَىِٕنْ اَنْجَيْتَنَا مِنْ هٰذِهٖ لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الشّٰكِرِيْنَ
Huwal-lażī yusayyirukum fil-barri
wal-baḥr(i), ḥattā iżā kuntum fil-fulk(i), wa jaraina bihim birīḥin ṭayyibatiw
wa fariḥū bihā jā'athā rīḥun ‘āṣifuw wa jā'ahumul-mauju min kulli makāniw wa
ẓannū annahum uḥīṭa bihim, da‘awullāha mukhliṣīna lahud-dīn(a), la'in anjaitanā
min hāżihī lanakūnanna minasy-syākirīn(a).
Dialah (Allah) yang menjadikan kamu
dapat berjalan di daratan (dan berlayar) di lautan sehingga ketika kamu berada
di dalam kapal, lalu meluncurlah (kapal) itu membawa mereka dengan tiupan angin
yang baik dan mereka bergembira karenanya. Kemudian, datanglah badai dan
gelombang menimpanya dari segenap penjuru dan mereka pun mengira telah terkepung
(bahaya). Maka, mereka berdoa dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya (seraya
berkata), “Sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari (bahaya) ini, pasti kami
termasuk orang-orang yang bersyukur.”
23
فَلَمَّآ
اَنْجٰىهُمْ اِذَا هُمْ يَبْغُوْنَ فِى الْاَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۗيٰٓاَيُّهَا
النَّاسُ اِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ مَّتَاعَ الْحَيٰوةِ
الدُّنْيَاۖ ثُمَّ اِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ فَنُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ
تَعْمَلُوْنَ
Falammā anjāhum iżā hum yabgūna
fil-arḍi bigairil-ḥaqq(i), yā ayyuhan-nāsu innamā bagyukum ‘alā anfusikum
matā‘al-ḥayātid-dun-yā, ṡumma ilainā marji‘ukum fa nunabbi'ukum bimā kuntum
ta‘malūn(a).
Namun, ketika Allah menyelamatkan
mereka, seketika itu mereka berbuat kezaliman di bumi tanpa (alasan) yang
benar. Wahai manusia, sesungguhnya (bahaya) kezalimanmu akan menimpa dirimu
sendiri. (Itu hanya) kenikmatan hidup duniawi. Kemudian, kepada Kamilah
kembalimu, lalu akan Kami kabarkan kepadamu apa yang selama ini kamu kerjakan.
24
اِنَّمَا
مَثَلُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا كَمَاۤءٍ اَنْزَلْنٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ فَاخْتَلَطَ
بِهٖ نَبَاتُ الْاَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالْاَنْعَامُ ۗحَتّٰٓى اِذَآ
اَخَذَتِ الْاَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ اَهْلُهَآ اَنَّهُمْ
قٰدِرُوْنَ عَلَيْهَآ اَتٰىهَآ اَمْرُنَا لَيْلًا اَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنٰهَا
حَصِيْدًا كَاَنْ لَّمْ تَغْنَ بِالْاَمْسِۗ كَذٰلِكَ نُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ
لِقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
Innamā maṡalul-ḥayātid-dun-yā
kamā'in anzalnāhu minas-samā'i fakhtalaṭa bihī nabātul-arḍi mimmā ya'kulun-nāsu
wal-an‘ām(u), ḥattā iżā akhażatil-arḍu zukhrufahā wazzayyanat wa ẓanna ahluhā
annahum qādirūna ‘alaihā, atāhā amrunā lailan au nahāran fa ja‘alnāhā ḥaṣīdan
ka'allam tagna bil-ams(i), każālika nufaṣṣilul-āyāti liqaumiy yatafakkarūn(a).
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan
dunia adalah ibarat air yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah
karenanya macam-macam tanaman bumi yang (dapat) dimakan oleh manusia dan hewan
ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, terhias,348) dan
pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya),
datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang. Lalu, Kami jadikan
(tanaman)-nya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah
tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan secara terperinci ayat-ayat itu
kepada kaum yang berpikir.
Catatan Kaki
348) Maksudnya adalah bahwa bumi tampak indah dengan
gunung-gunung dan lembah-lembahnya yang telah menghijau dengan tanam-tanamannya.
25
وَاللّٰهُ
يَدْعُوْآ اِلٰى دَارِ السَّلٰمِ ۚوَيَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ
مُّسْتَقِيْمٍ
Wallāhu yad‘ū ilā dāris-salām(i), wa
yahdī may yasyā'u ilā ṣirāṭim mustaqīm(in).
Allah menyeru (manusia) ke
Dārussalām (surga) dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki menuju
jalan yang lurus (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk).
26
۞
لِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوا الْحُسْنٰى وَزِيَادَةٌ ۗوَلَا يَرْهَقُ وُجُوْهَهُمْ
قَتَرٌ وَّلَا ذِلَّةٌ ۗاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
Lil-lażīna aḥsanul-ḥusnā wa
ziyādah(tun), wa lā yarhaqu wujūhahum qataruw wa lā żillah(tun), ulā'ika
aṣḥābul-jannati hum fīhā khālidūn(a).
Bagi orang-orang yang berbuat baik
(ada pahala) yang terbaik (surga) dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah).
Wajah-wajah mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula diliputi)
kehinaan. Mereka itulah para penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya.
27
وَالَّذِيْنَ
كَسَبُوا السَّيِّاٰتِ جَزَاۤءُ سَيِّئَةٍ ۢبِمِثْلِهَاۙ وَتَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ
ۗمَا لَهُمْ مِّنَ اللّٰهِ مِنْ عَاصِمٍۚ كَاَنَّمَآ اُغْشِيَتْ وُجُوْهُهُمْ
قِطَعًا مِّنَ الَّيْلِ مُظْلِمًاۗ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِ ۚهُمْ فِيْهَا
خٰلِدُوْنَ
Wal-lażīna każabus-sayyi'āti jazā'u
sayyi'atim bimiṡlihā, wa tarhaquhum żillah(tun), mā lahum minallāhi min
‘āṣim(in), ka'annamā ugsyiyat wujūhuhum qiṭa‘am minal-laili muẓlimā(n), ulā'ika
aṣḥābun-nār(i), hum fīhā khālidūn(a).
Orang-orang yang berbuat kejahatan
(akan mendapatkan) balasan kejahatan yang setimpal dan mereka diliputi
kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindung (pun) dari (azab) Allah.
Wajah-wajah mereka seakan-akan ditutupi kepingan-kepingan malam yang gelap
gulita. Mereka itulah para penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.
28
وَيَوْمَ
نَحْشُرُهُمْ جَمِيْعًا ثُمَّ نَقُوْلُ لِلَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا مَكَانَكُمْ
اَنْتُمْ وَشُرَكَاۤؤُكُمْۚ فَزَيَّلْنَا بَيْنَهُمْ وَقَالَ شُرَكَاۤؤُهُمْ مَّا
كُنْتُمْ اِيَّانَا تَعْبُدُوْنَ
Wa yauma naḥsyuruhum jamī‘an ṡumma
naqūlu lil-lażīna asyrakū makānakum antum wa syurakā'ukum, fa zayyalnā bainahum
wa qāla syurakā'uhum mā kuntum iyyānā ta‘budūn(a).
(Ingatlah) pada hari (ketika) Kami
mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Kami berfirman kepada orang-orang yang
mempersekutukan (Kami), “Tetaplah di tempatmu, kamu dan para sekutumu.” Lalu,
Kami pisahkan di antara mereka, dan sekutu-sekutu mereka berkata, “Kamu
sekali-kali tidak pernah menyembah kami.”
29
فَكَفٰى
بِاللّٰهِ شَهِيْدًاۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اِنْ كُنَّا عَنْ عِبَادَتِكُمْ
لَغٰفِلِيْنَ
Fa kafā billāhi syahīdam bainanā wa
bainakum in kunnā ‘an ‘ibādatikum lagāfilīn(a).
Maka, cukuplah Allah menjadi saksi
antara kami dengan kamu, bahwa sesungguhnya kami tidak tahu-menahu tentang
penyembahan kamu (kepada kami).”
30
هُنَالِكَ
تَبْلُوْا كُلُّ نَفْسٍ مَّآ اَسْلَفَتْ وَرُدُّوْٓا اِلَى اللّٰهِ مَوْلٰىهُمُ
الْحَقِّ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَفْتَرُوْنَ ࣖ
Hunālika tablū kullu nafsim mā
aslafat wa ruddū ilallāhi maulāhumul-ḥaqqi wa ḍalla ‘anhum mā kānū yaftarūn(a).
Di sanalah (padang Mahsyar), setiap
jiwa merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya (dahulu) dan mereka
dikembalikan kepada Allah, pelindung mereka yang sebenarnya, dan lenyaplah dari
mereka apa (sesembahan) yang selalu mereka ada-adakan.
31
قُلْ
مَنْ يَّرْزُقُكُمْ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ اَمَّنْ يَّمْلِكُ السَّمْعَ
وَالْاَبْصَارَ وَمَنْ يُّخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ
مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُّدَبِّرُ الْاَمْرَۗ فَسَيَقُوْلُوْنَ اللّٰهُ ۚفَقُلْ
اَفَلَا تَتَّقُوْنَ
Qul may yarzuqukum minas-samā'i
wal-arḍi ammay yamlikus-sam‘a wal-abṣāra wa may yukhrijul-ḥayya minal-mayyiti
wa yukhrijul-mayyita minal-ḥayyi wa may yudabbirul-amr(a), fa sayaqūlūnallāh(u),
faqul afalā tattaqūn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad),
“Siapakah yang menganugerahkan rezeki kepadamu dari langit dan bumi, siapakah
yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup, serta siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka, mereka akan menjawab,
“Allah.” Maka, katakanlah, “Apakah kamu tidak takut (akan azab Allah)?”
32
فَذٰلِكُمُ
اللّٰهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّۚ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ اِلَّا الضَّلٰلُ ۖفَاَنّٰى
تُصْرَفُوْنَ
Fa żālikumullāhu rabbukumul-ḥaqq(u),
fa māżā ba‘dal-ḥaqqi illaḍ-ḍalāl(u), fa annā tuṣrafūn(a).
Maka, itulah Allah, Tuhan kamu yang
sebenarnya. Tidak ada setelah kebenaran itu kecuali kesesatan. Maka, bagaimana
kamu dipalingkan (dari kebenaran)?
33
كَذٰلِكَ
حَقَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ عَلَى الَّذِيْنَ فَسَقُوْٓا اَنَّهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Każālika ḥaqqat kalimatu rabbika
‘alal-lażīna fasaqū annahum lā yu'minūn(a).
Demikianlah, telah pasti (berlaku)
ketentuan Tuhanmu terhadap orang-orang yang berbuat fasik bahwa sesungguhnya
mereka tidak beriman.
34
قُلْ
هَلْ مِنْ شُرَكَاۤىِٕكُمْ مَّنْ يَّبْدَؤُا الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيْدُهٗۗ قُلِ
اللّٰهُ يَبْدَؤُا الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيْدُهٗ فَاَنّٰى تُؤْفَكُوْنَ
Qul hal min syurakā'ikum may
yabda'ul-khalqa ṡumma yu‘īduh(ū), qulillāhu yabda'ul-khalqa ṡumma yu‘īduhū fa
annā tu'fakūn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Apakah
di antara sekutu-sekutu kamu ada yang dapat memulai penciptaan (makhluk)
kemudian mengembalikannya (menghidupkannya lagi)?” Katakanlah, “Allah memulai
penciptaan (makhluk), kemudian mengembalikannya (menghidupkannya lagi). Lalu,
bagaimana kamu dapat dipalingkan (dari kebenaran)?”
35
قُلْ
هَلْ مِنْ شُرَكَاۤىِٕكُمْ مَّنْ يَّهْدِيْٓ اِلَى الْحَقِّۗ قُلِ اللّٰهُ
يَهْدِيْ لِلْحَقِّۗ اَفَمَنْ يَّهْدِيْٓ اِلَى الْحَقِّ اَحَقُّ اَنْ يُّتَّبَعَ
اَمَّنْ لَّا يَهِدِّيْٓ اِلَّآ اَنْ يُّهْدٰىۚ فَمَا لَكُمْۗ كَيْفَ
تَحْكُمُوْنَ
Qul hal min syurakā'ikum may yahdī
ilal-ḥaqq(i),qulillāhu yahdī lil-ḥaqq(i), afamay yahdī ilal-ḥaqqi aḥaqqu ay
yuttaba‘a ammal lā yahiddī illā ay yuhdā, famā lakum, kaifa taḥkumūn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Apakah
di antara sekutu-sekutu kamu ada yang membimbing pada kebenaran?” Katakanlah,
“Allah membimbing pada kebenaran.” Maka, apakah yang membimbing pada kebenaran
lebih berhak diikuti ataukah yang tidak mampu membimbing bahkan perlu
dibimbing? Maka, mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimanakah kamu memberi
keputusan?
36
وَمَا
يَتَّبِعُ اَكْثَرُهُمْ اِلَّا ظَنًّاۗ اِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِيْ مِنَ الْحَقِّ
شَيْـًٔاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ ۢبِمَا يَفْعَلُوْنَ
Wa mā yattabi‘u akṡaruhum illā
ẓannā(n), innaẓ-ẓanna lā yugnī minal-ḥaqqi syai'ā(n), innallāha ‘alīmum bimā
yaf‘alūn(a).
Kebanyakan mereka hanya mengikuti
dugaan. Sesungguhnya dugaan itu tidak sedikit pun berguna menyangkut
(perolehan) kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
lakukan.
37
وَمَا
كَانَ هٰذَا الْقُرْاٰنُ اَنْ يُّفْتَرٰى مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلٰكِنْ تَصْدِيْقَ
الَّذِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيْلَ الْكِتٰبِ لَا رَيْبَ فِيْهِ مِنْ رَّبِّ
الْعٰلَمِيْنَۗ
Wa mā kāna hāżal-qur'ānu ay yuftarā
min dūnillāhi wa lākin taṣdīqal-lażī baina yadaihi wa tafṣīlal-kitābi lā raiba
fīhi mir rabbil-‘ālamīn(a).
Tidak mungkin Al-Qur’an ini
dibuat-buat oleh selain Allah, tetapi (Al-Qur’an) membenarkan (kitab-kitab)
yang sebelumnya dan menjelaskan secara terperinci ketetapan (Allah). Tidak ada
keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.
38
اَمْ
يَقُوْلُوْنَ افْتَرٰىهُ ۗ قُلْ فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّثْلِهٖ وَادْعُوْا مَنِ
اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
Am yaqūlūnaftarāh(u), qul fa'tū
bisūratim miṡlihī wad‘ū manistaṭa‘tum min dūnillāhi in kuntum ṣādiqīn(a).
Bahkan, apakah (pantas) mereka
mengatakan, “Dia (Nabi Muhammad) telah membuat-buat (Al-Qur’an) itu.”?
Katakanlah (Nabi Muhammad), “(Kalau demikian,) buatlah satu surah yang semisal
dengannya dan ajaklah siapa yang dapat kamu (ajak) selain Allah (untuk
menolongmu), jika kamu orang-orang yang benar.”
39
بَلْ
كَذَّبُوْا بِمَا لَمْ يُحِيْطُوْا بِعِلْمِهٖ وَلَمَّا يَأْتِهِمْ تَأْوِيْلُهٗۗ
كَذٰلِكَ كَذَّبَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ
الظّٰلِمِيْنَ
Bal każżabū bimā lam yuḥīṭū
bi‘ilmihī wa lammā ya'tihim ta'wīluh(ū), każālika każżabal-lażīna min qablihim
fanẓur kaifa kāna ‘āqibatuẓ-ẓālimīn(a).
Bahkan, mereka mendustakan apa yang
mereka belum mengetahuinya dengan sempurna dan belum datang kepada mereka
penjelasannya. Demikianlah halnya umat-umat sebelum mereka telah mendustakan
(para rasul). Maka, perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang zalim.
40
وَمِنْهُمْ
مَّنْ يُّؤْمِنُ بِهٖ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّا يُؤْمِنُ بِهٖۗ وَرَبُّكَ اَعْلَمُ
بِالْمُفْسِدِيْنَ ࣖ
Wa minhum may yu'minu bihī wa minhum
mal lā yu'minu bih(ī), wa rabbuka a‘lamu bil-mufsidīn(a).
Di antara mereka ada orang yang
beriman padanya (Al-Qur’an), dan di antara mereka ada (pula) orang yang tidak
beriman padanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat
kerusakan.
41
وَاِنْ
كَذَّبُوْكَ فَقُلْ لِّيْ عَمَلِيْ وَلَكُمْ عَمَلُكُمْۚ اَنْتُمْ بَرِيْۤـُٔوْنَ
مِمَّآ اَعْمَلُ وَاَنَا۠ بَرِيْۤءٌ مِّمَّا تَعْمَلُوْنَ
Wa in każżabūka faqul lī ‘amalī wa
lakum ‘amalukum, antum barī'ūna mimmā a‘malu wa ana barī'um mimmā ta‘malūn(a).
Jika mereka mendustakanmu (Nabi
Muhammad), katakanlah, “Bagiku perbuatanku dan bagimu perbuatanmu. Kamu
berlepas diri dari apa yang aku perbuat dan aku pun berlepas diri dari apa yang
kamu perbuat.”
42
وَمِنْهُمْ
مَّنْ يَّسْتَمِعُوْنَ اِلَيْكَۗ اَفَاَنْتَ تُسْمِعُ الصُّمَّ وَلَوْ كَانُوْا
لَا يَعْقِلُوْنَ
Wa minhum may yastami‘ūna ilaik(a),
afa anta tusmi‘uṣ-ṣumma wa lau kānū lā ya‘qilūn(a).
Di antara mereka ada orang yang
mendengarkan engkau (Nabi Muhammad). Apakah engkau dapat menjadikan orang yang
tuli itu bisa mendengar walaupun mereka tidak mengerti?
43
وَمِنْهُمْ
مَّنْ يَّنْظُرُ اِلَيْكَۗ اَفَاَنْتَ تَهْدِى الْعُمْيَ وَلَوْ كَانُوْا لَا
يُبْصِرُوْنَ
Wa minhum may yanẓuru ilaik(a), afa
anta tahdil-‘umya wa lau kānū lā yubṣirūn(a).
Di antara mereka ada orang yang
melihat kepada engkau. Apakah engkau dapat memberi petunjuk kepada orang yang
buta, walaupun mereka tidak melihat?
44
اِنَّ
اللّٰهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْـًٔا وَّلٰكِنَّ النَّاسَ اَنْفُسَهُمْ
يَظْلِمُوْنَ
Innallāha lā yaẓlimun-nāsa syai'aw
wa lākinnan-nāsa anfusahum yaẓlimūn(a).
Sesungguhnya Allah tidak menzalimi
manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang menzalimi dirinya sendiri.