1
الۤرٰ ۗ تِلْكَ اٰيٰتُ الْكِتٰبِ الْمُبِيْنِۗ
Alif lām rā, tilka
āyātul-kitābil-mubīn(i).
Alif Lām Rā. Itulah
ayat-ayat Kitab (Al-Qur’an) yang jelas (arti dan petunjuknya).
2
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ
تَعْقِلُوْنَ
Innā anzalnāhu
qur'ānan ‘arabiyyal la‘allakum ta‘qilūn(a).
Sesungguhnya Kami
menurunkannya (Kitab Suci) berupa Al-Qur’an berbahasa Arab agar kamu mengerti.
3
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ اَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَآ اَوْحَيْنَآ
اِلَيْكَ هٰذَا الْقُرْاٰنَۖ وَاِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهٖ لَمِنَ الْغٰفِلِيْنَ
Naḥnu naquṣṣu ‘alaika aḥsanal-qaṣaṣi bimā auḥainā ilaika hāżal-qur'ān(a),
wa in kunta min qablihī laminal-gāfilīn(a).
Kami menceritakan
kepadamu (Nabi Muhammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini
kepadamu. Sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang-orang yang tidak
mengetahui.
4
اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ
عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ
Iż qāla yūsufu
li'abīhi yā abati innī ra'aitu aḥada ‘asyara kaukabaw
wasy-syamsa wal-qamara ra'aituhum lī sājidīn(a).
(Ingatlah)
ketika Yusuf berkata kepada ayahnya (Ya‘qub), “Wahai ayahku, sesungguhnya aku
telah (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan. Aku melihat
semuanya sujud kepadaku.”
5
قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ
فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا ۗاِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Qāla yā bunayya lā taqṣuṣ ru'yāka ‘alā ikhwatika fa yakīdū laka kaidā(n),
innasy-syaiṭāna lil-insāni ‘aduwwum mubīn(un).
Dia (ayahnya) berkata,
“Wahai anakku, janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu
karena mereka akan membuat tipu daya yang sungguh-sungguh kepadamu.
Sesungguhnya setan adalah musuh yang jelas bagi manusia.”
6
وَكَذٰلِكَ يَجْتَبِيْكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيْلِ
الْاَحَادِيْثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَعَلٰٓى اٰلِ يَعْقُوْبَ كَمَآ
اَتَمَّهَا عَلٰٓى اَبَوَيْكَ مِنْ قَبْلُ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْحٰقَۗ اِنَّ رَبَّكَ
عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ ࣖ
Wa każālika yajtabīka
rabbuka wa yu‘allimuka min ta'wīlil-aḥādīṡi wa yutimmu ni‘matahū ‘alaika wa ‘alā āli ya‘qūba kamā atammahā
‘alā abawaika min qablu ibrāhīma wa isḥāq(a), inna rabbaka ‘alīmun
ḥakīm(un).
Demikianlah, Tuhan
memilihmu (untuk menjadi nabi), mengajarkan kepadamu sebagian dari takwil
mimpi, serta menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya‘qub,
sebagaimana Dia telah menyempurnakannya kepada kedua kakekmu sebelumnya,
(yaitu) Ibrahim dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
7
۞ لَقَدْ كَانَ فِيْ يُوْسُفَ وَاِخْوَتِهٖٓ اٰيٰتٌ
لِّلسَّاۤىِٕلِيْنَ
Laqad kāna fī yūsufa
wa ikhwatihī āyātul lis-sā'ilīn(a).
Sungguh, dalam (kisah)
Yusuf dan saudara-saudaranya benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)
bagi para penanya.
8
اِذْ قَالُوْا لَيُوْسُفُ وَاَخُوْهُ اَحَبُّ اِلٰٓى اَبِيْنَا
مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ ۗاِنَّ اَبَانَا لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍۙ
Iż qālū layūsufu wa
akhūhu aḥabbu ilā abīnā minnā wa naḥnu ‘uṣbah(tun), inna abānā lafī ḍalālim mubīn(in).
(Ingatlah)
ketika mereka berkata, “Sesungguhnya Yusuf dan saudara (kandung)-nya365) lebih dicintai Ayah daripada kita, padahal kita adalah
kumpulan (yang banyak). Sesungguhnya ayah kita dalam kekeliruan yang nyata.
Catatan
Kaki
365) Yang dimaksud saudara kandung Yusuf a.s.
adalah Bunyamin.
9
ۨاقْتُلُوْا يُوْسُفَ اَوِ اطْرَحُوْهُ اَرْضًا يَّخْلُ لَكُمْ
وَجْهُ اَبِيْكُمْ وَتَكُوْنُوْا مِنْۢ بَعْدِهٖ قَوْمًا صٰلِحِيْنَ
Uqtulū yūsufa awiṭraḥūhu arḍay yakhlu lakum wajhu
abīkum wa takūnū mim ba‘dihī qauman ṣāliḥīn(a).
Bunuhlah Yusuf atau
buanglah dia ke suatu tempat agar perhatian Ayah tertumpah kepadamu dan setelah
itu (bertobatlah sehingga) kamu akan menjadi kaum yang saleh.”
10
قَالَ قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ لَا تَقْتُلُوْا يُوْسُفَ وَاَلْقُوْهُ
فِيْ غَيٰبَتِ الْجُبِّ يَلْتَقِطْهُ بَعْضُ السَّيَّارَةِ اِنْ كُنْتُمْ
فٰعِلِيْنَ
Qāla qā'ilum minhum lā
taqtulū yūsufa wa alqūhu fī gayābatil-jubbi yaltaqiṭhu ba‘ḍus-sayyārati in kuntum fā‘ilīn(a).
Salah seorang di
antara mereka berkata, “Janganlah kamu membunuh Yusuf, tetapi masukkan saja dia
ke dasar sumur agar dia dipungut oleh sebagian musafir jika kamu hendak
berbuat.”
11
قَالُوْا يٰٓاَبَانَا مَا لَكَ لَا تَأْمَنَّ۫ا عَلٰى يُوْسُفَ
وَاِنَّا لَهٗ لَنٰصِحُوْنَ
Qālū yā abānā mā laka
lā ta'mannā ‘alā yūsufa wa innā lahū lanāṣiḥūn(a).
Mereka berkata, “Wahai
ayah kami, mengapa engkau tidak memercayai kami atas Yusuf, padahal
sesungguhnya kami benar-benar menginginkan kebaikan baginya?
12
اَرْسِلْهُ مَعَنَا غَدًا يَّرْتَعْ وَيَلْعَبْ وَاِنَّا لَهٗ
لَحٰفِظُوْنَ
Arsilhu ma‘anā gaday
yarta‘ wa yal‘ab wa innā lahū laḥāfiẓūn(a).
Biarkanlah dia pergi
bersama kami besok pagi agar dia bersenang-senang dan bermain-main.
Sesungguhnya kami benar-benar akan menjaganya.”
13
قَالَ اِنِّيْ لَيَحْزُنُنِيْٓ اَنْ تَذْهَبُوْا بِهٖ وَاَخَافُ
اَنْ يَّأْكُلَهُ الذِّئْبُ وَاَنْتُمْ عَنْهُ غٰفِلُوْنَ
Qāla innī layaḥzununī an tażhabū bihī wa akhāfu ay ya'kulahuż-żi'bu wa antum ‘anhu
gāfilūn(a).
Dia (Ya‘qub) berkata,
“Sesungguhnya kepergian kamu bersama dia (Yusuf) sangat menyedihkanku dan aku
khawatir serigala akan memangsanya, sedangkan kamu lengah darinya.”
14
قَالُوْا لَىِٕنْ اَكَلَهُ الذِّئْبُ وَنَحْنُ عُصْبَةٌ اِنَّآ
اِذًا لَّخٰسِرُوْنَ
Qālū la'in
akalahuż-żi'bu wa naḥnu ‘uṣbatun innā iżal lakhāsirūn(a).
Mereka berkata,
“Sungguh, jika serigala memangsanya, padahal kami kelompok (yang kuat), kami
benar-benar orang-orang yang merugi.”366)
Catatan
Kaki
366) Maksudnya adalah menjadi orang pengecut yang
hidupnya tidak ada artinya.
15
فَلَمَّا ذَهَبُوْا بِهٖ وَاَجْمَعُوْٓا اَنْ يَّجْعَلُوْهُ فِيْ
غَيٰبَتِ الْجُبِّۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِ لَتُنَبِّئَنَّهُمْ بِاَمْرِهِمْ
هٰذَا وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ
Falammā żahabū bihī wa
ajma‘ū ay yaj‘alūhu fī gayābatil-jubb(i), wa auḥainā ilaihi
latunabbi'annahum bi'amrihim hāżā wa hum lā yasy‘urūn(a).
Maka, ketika mereka
membawanya serta sepakat memasukkannya ke dasar sumur, (mereka pun melaksanakan
kesepakatan itu). Kami wahyukan kepadanya, “Engkau kelak pasti akan
menceritakan perbuatan mereka ini kepada mereka, sedangkan mereka tidak
menyadari.”
16
وَجَاۤءُوْٓ اَبَاهُمْ عِشَاۤءً يَّبْكُوْنَۗ
Wa jā'ū abāhum
‘isyā'ay yabkūn(a).
(Kemudian,)
mereka datang kepada ayahnya pada petang hari sambil menangis.
17
قَالُوْا يٰٓاَبَانَآ اِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ وَتَرَكْنَا
يُوْسُفَ عِنْدَ مَتَاعِنَا فَاَكَلَهُ الذِّئْبُۚ وَمَآ اَنْتَ بِمُؤْمِنٍ
لَّنَا وَلَوْ كُنَّا صٰدِقِيْنَ
Qālū yā abānā innā
żahabnā nastabiqu wa taraknā yūsufa ‘inda matā‘inā fa akalahuż-żi'b(u), wa mā
anta bimu'minil lanā wa lau kunnā ṣādiqīn(a).
Mereka berkata, “Wahai
ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat
barang-barang kami, lalu serigala memangsanya. Engkau tentu tidak akan percaya
kepada kami, sekalipun kami berkata benar.”
18
وَجَاۤءُوْ عَلٰى قَمِيْصِهٖ بِدَمٍ كَذِبٍۗ قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ
لَكُمْ اَنْفُسُكُمْ اَمْرًاۗ فَصَبْرٌ جَمِيْلٌ ۗوَاللّٰهُ الْمُسْتَعَانُ عَلٰى
مَا تَصِفُوْنَ
Wa jā'ū ‘alā qamīṣihī bidamin każib(in), qāla bal sawwalat lakum anfusukum
amrā(n), fa ṣabrun jamīl(un), wallāhul musta‘ānu ‘alā mā taṣifūn(a).
Mereka datang membawa
bajunya (yang dilumuri) darah palsu. Dia (Ya‘qub) berkata, “Justru hanya dirimu
sendirilah yang memandang baik urusan (yang buruk) itu, maka hanya bersabar
itulah yang terbaik (bagiku). Allah sajalah Zat yang dimohonkan pertolongan
terhadap apa yang kamu ceritakan.”
19
وَجَاۤءَتْ سَيَّارَةٌ فَاَرْسَلُوْا وَارِدَهُمْ فَاَدْلٰى
دَلْوَهٗ ۗقَالَ يٰبُشْرٰى هٰذَا غُلٰمٌ ۗوَاَسَرُّوْهُ بِضَاعَةً ۗوَاللّٰهُ
عَلِيْمٌ ۢبِمَا يَعْمَلُوْنَ
Wa jā'at sayyāratun fa
arsalū wāridahum fa adlā dalwah(ū), qāla yā busyrā hāżā gulām(un), wa asarrūhu
biḍā‘ah(tan), wallāhu ‘alīmum bimā ya‘malūn(a).
Datanglah sekelompok
musafir. Mereka menyuruh seorang pengambil air, lalu dia menurunkan timbanya.
Dia berkata, “Oh, senangnya! Ini ada seorang anak muda.” Kemudian mereka
menyembunyikannya sebagai barang dagangan. Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka kerjakan.
20
وَشَرَوْهُ بِثَمَنٍۢ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُوْدَةٍ ۚوَكَانُوْا
فِيْهِ مِنَ الزّٰهِدِيْنَ ࣖ
Wa syarauhu biṡamanim bakhsin darāhima ma‘dūdah(tin), wa kānū fīhi minaz-zāhidīn(a).
Mereka menjualnya
(Yusuf) dengan harga murah, (yaitu) beberapa dirham saja sebab mereka tidak
tertarik kepadanya.367)
Catatan
Kaki
367) Mereka khawatir Yusuf a.s. akan ditemukan
oleh keluarganya sehingga akan langsung diambil kembali dan mereka tidak
mendapatkan apa-apa. Oleh karena itu, mereka cepat-cepat menjualnya walaupun
dengan harga murah.
21
وَقَالَ الَّذِى اشْتَرٰىهُ مِنْ مِّصْرَ لِامْرَاَتِهٖٓ
اَكْرِمِيْ مَثْوٰىهُ عَسٰىٓ اَنْ يَّنْفَعَنَآ اَوْ نَتَّخِذَهٗ وَلَدًا
ۗوَكَذٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوْسُفَ فِى الْاَرْضِۖ وَلِنُعَلِّمَهٗ مِنْ تَأْوِيْلِ
الْاَحَادِيْثِۗ وَاللّٰهُ غَالِبٌ عَلٰٓى اَمْرِهٖ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ
لَا يَعْلَمُوْنَ
Wa qālal-lażisytarāhu
mim miṣra limra'atihī akrimī maṡwāhu ‘asā ay yanfa‘anā au nattakhiżahū waladā(n), wa każālika
makkannā liyūsufa fil-arḍ(i), wa linu‘allimahū min ta'wīlil-aḥādīṡ(i), wallāhu gālibun ‘alā amrihī wa lākinna akṡaran-nāsi lā ya‘lamūn(a).
Orang Mesir yang
membelinya berkata kepada istrinya,368) “Berikanlah
kepadanya tempat (dan layanan) yang baik. Mudah-mudahan dia bermanfaat bagi
kita atau kita pungut dia sebagai anak.” Demikianlah, (kelak setelah dewasa,)
Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di negeri (Mesir) dan agar
Kami mengajarkan kepadanya takwil mimpi. Allah berkuasa terhadap urusan-Nya,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti.
Catatan
Kaki
368) Orang dari Mesir yang membeli Yusuf a.s. itu
adalah seorang pembesar Mesir yang dikenal dengan nama Qitfir al-Aziz. Sebagian
kitab tafsir juga menyebut nama istrinya, yaitu Rail. Ada juga yang menyebutnya
Zulaikha atau Zalikha. Namun, riwayat yang menyebutkan nama-nama tersebut tidak
dapat dipertanggungjawabkan.
22
وَلَمَّا بَلَغَ اَشُدَّهٗٓ اٰتَيْنٰهُ حُكْمًا وَّعِلْمًا
ۗوَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ
Wa lammā balaga
asyuddahū ātaināhu ḥukmaw wa ‘ilmā(n), wa każālika najzil-muḥsinīn(a).
Ketika dia telah cukup
dewasa, Kami berikan kepadanya kearifan dan ilmu. Demikianlah, Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
23
وَرَاوَدَتْهُ الَّتِيْ هُوَ فِيْ بَيْتِهَا عَنْ نَّفْسِهٖ
وَغَلَّقَتِ الْاَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۗقَالَ مَعَاذَ اللّٰهِ اِنَّهٗ
رَبِّيْٓ اَحْسَنَ مَثْوَايَۗ اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الظّٰلِمُوْنَ
Wa rāwadathul-latī
huwa fī baitihā ‘an nafsihī wa gallaqatil-abwāba wa qālat haita lak(a), qāla
ma‘āżallāhi innahū rabbī aḥsana maṡwāy(a), innahū lā
yuflihuẓ-ẓālimūn(a).
Perempuan, yang dia
(Yusuf) tinggal di rumahnya, menggodanya. Dia menutup rapat semua pintu, lalu
berkata, “Marilah mendekat kepadaku.” Yusuf berkata, “Aku berlindung kepada
Allah. Sesungguhnya dia (suamimu) adalah tuanku. Dia telah memperlakukanku
dengan baik. Sesungguhnya orang-orang zalim tidak akan beruntung.”
24
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهٖۙ وَهَمَّ بِهَا ۚ لَوْلَآ اَنْ رَّاٰ
بُرْهَانَ رَبِّهٖۗ كَذٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوْۤءَ وَالْفَحْشَاۤءَۗ
اِنَّهٗ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِيْنَ
Wa laqad hammat bihī
wa hamma bihā lau lā ar ra'ā burhāna rabbih(ī), każālika linaṣrifa ‘anhus-sū'a wal-faḥsyā'(a), innahū min ‘ibādinal-mukhlaṣīn(a).
Sungguh, perempuan itu
benar-benar telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Yusuf pun berkehendak
kepadanya sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya.369) Demikianlah, Kami memalingkan darinya keburukan dan
kekejian. Sesungguhnya dia (Yusuf) termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.
Catatan
Kaki
369) Ayat ini tidak menunjukkan bahwa Nabi Yusuf
a.s. mempunyai keinginan yang buruk terhadap perempuan itu, tetapi godaan itu
demikian besarnya sehingga sekiranya dia tidak dikuatkan dengan keimanan kepada
Allah Swt., tentu dia jatuh ke dalam kemaksiatan.
25
وَاسْتَبَقَا الْبَابَ وَقَدَّتْ قَمِيْصَهٗ مِنْ دُبُرٍ
وَّاَلْفَيَا سَيِّدَهَا لَدَا الْبَابِۗ قَالَتْ مَا جَزَاۤءُ مَنْ اَرَادَ
بِاَهْلِكَ سُوْۤءًا اِلَّآ اَنْ يُّسْجَنَ اَوْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
Wastabaqal-bāba wa
qaddat qamīṣahū min duburiw wa alfayā sayyidahā ladal-bāb(i),
qālat mā jazā'u man arāda bi'ahlika sū'an illā ay yusjana au ‘ażābun alīm(un).
Keduanya berlomba
menuju pintu dan perempuan itu menarik bajunya (Yusuf) dari belakang hingga
koyak dan keduanya mendapati suami perempuan itu di depan pintu. Dia (perempuan
itu) berkata, “Apakah balasan terhadap orang yang bermaksud buruk terhadap
istrimu selain dipenjarakan atau (dihukum dengan) siksa yang pedih?”
26
قَالَ هِيَ رَاوَدَتْنِيْ عَنْ نَّفْسِيْ وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِّنْ
اَهْلِهَاۚ اِنْ كَانَ قَمِيْصُهٗ قُدَّ مِنْ قُبُلٍ فَصَدَقَتْ وَهُوَ مِنَ
الْكٰذِبِيْنَ
Qāla hiya rāwadatnī
‘an nafsī wa syahida syāhidum min ahlihā, in kāna qamīṣuhū qudda min qubulin fa ṣadaqat wa huwa
minal-kāżibīn(a).
Dia (Yusuf) berkata,
“Dia yang menggoda diriku.” Seorang saksi dari keluarga perempuan itu
memberikan kesaksian, “Jika bajunya koyak di bagian depan, perempuan itu benar
dan dia (Yusuf) termasuk orang-orang yang berdusta.
27
وَاِنْ كَانَ قَمِيْصُهٗ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ فَكَذَبَتْ وَهُوَ مِنَ
الصّٰدِقِيْنَ
Wa in kāna qamīṣuhū qudda min duburin fa każabat wa huwa minaṣ-ṣādiqīn(a).
Jika bajunya koyak di
bagian belakang, perempuan itulah yang berdusta dan dia (Yusuf) termasuk
orang-orang yang jujur.”
28
فَلَمَّا رَاٰ قَمِيْصَهٗ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ قَالَ اِنَّهٗ مِنْ
كَيْدِكُنَّ ۗاِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيْمٌ
Falammā ra'ā qamīṣahū qudda min duburin qāla innahū min kaidikunn(a), inna kaidakunna
‘aẓīm(un).
Maka, ketika melihat
bajunya (Yusuf) koyak di bagian belakang, dia (suami perempuan itu) berkata,
“Sesungguhnya ini adalah tipu dayamu (hai kaum wanita). Tipu dayamu benar-benar
hebat.
29
يُوْسُفُ اَعْرِضْ عَنْ هٰذَا وَاسْتَغْفِرِيْ لِذَنْۢبِكِۖ
اِنَّكِ كُنْتِ مِنَ الْخٰطِـِٕيْنَ ࣖ
Yūsufu a‘riḍ ‘an hāżā wastagfirī liżambik(i), innaki kunti minal-khāṭi'īn(a).
Wahai Yusuf,
lupakanlah ini dan (wahai istriku,) mohonlah ampunan atas dosamu karena
sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang bersalah.”
30
۞ وَقَالَ نِسْوَةٌ فِى الْمَدِيْنَةِ امْرَاَتُ الْعَزِيْزِ
تُرَاوِدُ فَتٰىهَا عَنْ نَّفْسِهٖۚ قَدْ شَغَفَهَا حُبًّاۗ اِنَّا لَنَرٰىهَا
فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
Wa qāla niswatun
fil-madīnatimra'atul-‘azīzi turāwidu fatāhā ‘an nafsih(ī), qad syagafahā ḥubbā(n), innā lanarāhā fī ḍalālim mubīn(in).
Para wanita di kota
itu berkata, “Istri al-Aziz menggoda pelayannya untuk menaklukkannya.
Pelayannya benar-benar membuatnya mabuk cinta. Kami benar-benar memandangnya
dalam kesesatan yang nyata.”
31
فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ اَرْسَلَتْ اِلَيْهِنَّ
وَاَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَاً وَّاٰتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِّنْهُنَّ سِكِّيْنًا
وَّقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ ۚ فَلَمَّا رَاَيْنَهٗٓ اَكْبَرْنَهٗ وَقَطَّعْنَ
اَيْدِيَهُنَّۖ وَقُلْنَ حَاشَ لِلّٰهِ مَا هٰذَا بَشَرًاۗ اِنْ هٰذَآ اِلَّا
مَلَكٌ كَرِيْمٌ
Falammā sami‘at
bimakrihinna arsalat ilaihinna wa a‘tadat lahunna muttaka'aw wa ātat kulla wāḥidim minhunna sikkīnaw wa qālatikhruj ‘alaihinn(a), falammā
ra'ainahū akbarnahū wa qaṭṭa‘na aidiyahunn(a), wa qulna ḥāsya lillāhi mā hāżā illā basyarā(n), in hāżā illā malakun karīm(un).
Maka, ketika dia
(istri al-Aziz) mendengar cercaan mereka, dia mengundang wanita-wanita itu dan
menyediakan tempat duduk bagi mereka. Dia memberikan sebuah pisau kepada setiap
wanita (untuk memotong-motong makanan). Dia berkata (kepada Yusuf), “Keluarlah
(tampakkanlah dirimu) kepada mereka.” Ketika wanita-wanita itu melihatnya,
mereka sangat terpesona (dengan ketampanannya) dan mereka (tanpa sadar) melukai
tangannya sendiri seraya berkata, “Maha Sempurna Allah. Ini bukanlah manusia.
Ini benar-benar seorang malaikat yang mulia.”
32
قَالَتْ فَذٰلِكُنَّ الَّذِيْ لُمْتُنَّنِيْ فِيْهِ ۗوَلَقَدْ
رَاوَدْتُّهٗ عَنْ نَّفْسِهٖ فَاسْتَعْصَمَ ۗوَلَىِٕنْ لَّمْ يَفْعَلْ مَآ
اٰمُرُهٗ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُوْنًا مِّنَ الصّٰغِرِيْنَ
Qālat fa
żālikunnal-lażī lumtunnanī fīh(i), wa laqad rāwattuhū ‘an nafsihī fasta‘ṣam(a), wa la'il lam yaf‘al mā āmuruhū layusjananna wa layakūnam
minaṣ-ṣāgirīn(a).
Dia (istri al-Aziz)
berkata, “Itulah orangnya yang menyebabkan kamu mencela aku karena (aku
tertarik) kepadanya. Sungguh, aku benar-benar telah menggoda untuk menaklukkan
dirinya, tetapi dia menolak. Jika tidak melakukan apa yang aku perintahkan
kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan benar-benar akan termasuk orang
yang hina.”
33
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ اَحَبُّ اِلَيَّ مِمَّا يَدْعُوْنَنِيْٓ
اِلَيْهِ ۚوَاِلَّا تَصْرِفْ عَنِّيْ كَيْدَهُنَّ اَصْبُ اِلَيْهِنَّ وَاَكُنْ
مِّنَ الْجٰهِلِيْنَ
Qāla rabbis-sijnu aḥabbu ilayya mimmā yad‘ūnanī ilaih(i), wa illā taṣrif ‘annī kaidahunna aṣbu ilaihinna wa akum
minal-jāhilīn(a).
(Yusuf)
berkata, “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan
mereka. Jika Engkau tidak menghindarkan tipu daya mereka dariku, niscaya aku
akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk
orang-orang yang bodoh.”
34
فَاسْتَجَابَ لَهٗ رَبُّهٗ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ ۗاِنَّهٗ
هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Fastajāba lahū rabbuhū
fa ṣarafa ‘anhu kaidahunn(a), innahū huwas-samī‘ul-‘alīm(u).
Maka, Tuhannya
memperkenankan (doa)-nya dan menghindarkannya dari tipu daya mereka.
Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
35
ثُمَّ بَدَا لَهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَا رَاَوُا الْاٰيٰتِ
لَيَسْجُنُنَّهٗ حَتّٰى حِيْنٍ ࣖ
Ṡumma badā lahum mim ba‘di mā ra'awul-āyāti
layasjununnahū ḥattā ḥīn(in).
Kemudian timbul
pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka
harus memenjarakannya sampai waktu tertentu.
36
وَدَخَلَ مَعَهُ السِّجْنَ فَتَيٰنِ ۗقَالَ اَحَدُهُمَآ اِنِّيْٓ
اَرٰىنِيْٓ اَعْصِرُ خَمْرًا ۚوَقَالَ الْاٰخَرُ اِنِّيْٓ اَرٰىنِيْٓ اَحْمِلُ
فَوْقَ رَأْسِيْ خُبْزًا تَأْكُلُ الطَّيْرُ مِنْهُ ۗنَبِّئْنَا بِتَأْوِيْلِهٖ
ۚاِنَّا نَرٰىكَ مِنَ الْمُحْسِنِيْنَ
Wa dakhala
ma‘ahus-sijna fatayān(i), qāla aḥaduhumā innī arānī a‘ṣiru khamrā(n), wa qālal-ākharu innī arānī aḥmilu fauqa ra'sī khubzan ta'kuluṭ-ṭairu minh(u), nabbi'nā bita'wīlih(ī), innā narāka minal-muḥsinīn(a).
Bersama dia (Yusuf)
masuk pula dua orang pemuda ke dalam penjara.370) Salah satunya berkata, “Sesungguhnya aku bermimpi memeras
anggur,” dan yang lainnya berkata, “Aku bermimpi membawa roti di atas kepalaku.
Sebagiannya dimakan burung.” (Keduanya berkata,) “Jelaskanlah kepada kami
takwilnya! Sesungguhnya kami memandangmu termasuk orang-orang yang berbuat
baik.”
Catatan
Kaki
370) Menurut suatu riwayat, dua pemuda itu adalah
pelayan-pelayan raja.
37
قَالَ لَا يَأْتِيْكُمَا طَعَامٌ تُرْزَقٰنِهٖٓ اِلَّا
نَبَّأْتُكُمَا بِتَأْوِيْلِهٖ قَبْلَ اَنْ يَّأْتِيَكُمَا ۗذٰلِكُمَا مِمَّا
عَلَّمَنِيْ رَبِّيْۗ اِنِّيْ تَرَكْتُ مِلَّةَ قَوْمٍ لَّا يُؤْمِنُوْنَ
بِاللّٰهِ وَهُمْ بِالْاٰخِرَةِ هُمْ كٰفِرُوْنَۙ
Qāla lā ya'tīkumā ṭa‘āmun turzaqānihī illā nabba'tukumā bita'wīlihī qabla ay
ya'tiyakumā, żālikumā mimmā ‘allamanī rabbī, innī taraktu millata qaumil lā
yu'minūna billāhi wa hum bil-ākhirati hum kāfirūn(a).
(Yusuf)
berkata, “Tidak ada makanan apa pun yang akan diberikan kepadamu berdua,
kecuali aku telah menjelaskan takwilnya sebelum (makanan) itu sampai kepadamu.
Itu sebagian dari yang diajarkan Tuhan kepadaku. Sesungguhnya aku telah
meninggalkan agama kaum yang tidak beriman kepada Allah, bahkan kepada akhirat
pun mereka ingkar.
38
وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ اٰبَاۤءِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْحٰقَ
وَيَعْقُوْبَۗ مَا كَانَ لَنَآ اَنْ نُّشْرِكَ بِاللّٰهِ مِنْ شَيْءٍۗ ذٰلِكَ
مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ عَلَيْنَا وَعَلَى النَّاسِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا
يَشْكُرُوْنَ
Wattaba‘tu millata
ābā'ī ibrāhīma wa isḥāqa wa ya‘qūb(a), mā kāna lanā an nusyrika
billāhi min syai'(in), żālika min faḍlillāhi ‘alainā wa ‘alan-nāsi
wa lākinna akṡaran-nāsi lā yasykurūn(a).
Aku mengikuti agama
nenek moyangku, (yaitu) Ibrahim, Ishaq, dan Ya‘qub. Tidak pantas bagi kami
mempersekutukan suatu apa pun dengan Allah. Itu adalah bagian dari karunia
Allah kepada kami dan kepada manusia (semuanya), tetapi kebanyakan manusia
tidak bersyukur.
39
يٰصَاحِبَيِ السِّجْنِ ءَاَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُوْنَ خَيْرٌ اَمِ
اللّٰهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُۗ
Yā ṣāḥibayis-sijni a'arbābum mutafarriqūna khairun
amillāhul-wāḥidul-qahhār(u).
Wahai dua penghuni
penjara, manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah
Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?
40
مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلَّآ اَسْمَاۤءً
سَمَّيْتُمُوْهَآ اَنْتُمْ وَاٰبَاۤؤُكُمْ مَّآ اَنْزَلَ اللّٰهُ بِهَا مِنْ
سُلْطٰنٍۗ اِنِ الْحُكْمُ اِلَّا لِلّٰهِ ۗاَمَرَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ
اِيَّاهُ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا
يَعْلَمُوْنَ
Mā ta‘budūna min
dūnihī illā asmā'an sammaitumūhā antum wa ābā'ukum mā anzalallāhu bihā min sulṭān(in), inil-ḥukmu illā lillāh(i), amara allā ta‘budū illā
iyyāh(u), żālikad-dīnul-qayyimu wa lākinna akṡaran-nāsi lā ya‘lamūn(a).
Apa yang kamu sembah
selain Dia hanyalah nama-nama (berhala) yang kamu dan nenek moyangmu buat
sendiri. Allah tidak menurunkan suatu keterangan apa pun yang pasti tentang hal
(nama-nama) itu. Ketetapan (yang pasti benar) itu hanyalah milik Allah. Dia telah
memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
41
يٰصَاحِبَيِ السِّجْنِ اَمَّآ اَحَدُكُمَا فَيَسْقِيْ رَبَّهٗ
خَمْرًا ۗوَاَمَّا الْاٰخَرُ فَيُصْلَبُ فَتَأْكُلُ الطَّيْرُ مِنْ رَّأْسِهٖ ۗ
قُضِيَ الْاَمْرُ الَّذِيْ فِيْهِ تَسْتَفْتِيٰنِۗ
Yā ṣāḥibayis-sijni ammā aḥadukumā fa yasqī rabbahū khamrā(n), wa ammal-ākharu fa yuṣlabu fa ta'kuluṭ-ṭairu mir ra'sih(ī), quḍiyal-amrul-lażī fīhi tastaftiyān(i).
Wahai dua penghuni
penjara, salah seorang di antara kamu akan bertugas menyediakan minuman khamar
bagi tuannya, sedangkan yang lain akan disalib. Lalu, burung akan memakan
sebagian kepalanya. Telah terjawab perkara yang kamu berdua tanyakan
(kepadaku).”
42
وَقَالَ لِلَّذِيْ ظَنَّ اَنَّهٗ نَاجٍ مِّنْهُمَا اذْكُرْنِيْ
عِنْدَ رَبِّكَۖ فَاَنْسٰىهُ الشَّيْطٰنُ ذِكْرَ رَبِّهٖ فَلَبِثَ فِى السِّجْنِ
بِضْعَ سِنِيْنَ ࣖ
Wa qāla lil-lażī ẓanna annahū nājim minhumażkurnī ‘inda rabbik(a), fa ansāhusy-syaiṭānu żikra rabbihī fa labiṡa fis-sijni biḍ‘a sinīn(a).
Dia (Yusuf) berkata
kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua,
“Jelaskanlah keadaanku kepada tuanmu.” Kemudian, setan menjadikan dia lupa
untuk menjelaskan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. Karena itu, dia (Yusuf) tetap
dalam penjara beberapa tahun lamanya.
43
وَقَالَ الْمَلِكُ اِنِّيْٓ اَرٰى سَبْعَ بَقَرٰتٍ سِمَانٍ
يَّأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَّسَبْعَ سُنْۢبُلٰتٍ خُضْرٍ وَّاُخَرَ يٰبِسٰتٍۗ
يٰٓاَيُّهَا الْمَلَاُ اَفْتُوْنِيْ فِيْ رُءْيَايَ اِنْ كُنْتُمْ لِلرُّءْيَا
تَعْبُرُوْنَ
Wa qālal-maliku innī
arā sab‘a baqarātin simāniy ya'kuluhunna sab‘un ‘ijāfuw wa sab‘a sumbulātin khuḍriw wa ukhara yābisāt(in), yā ayyuhal-mala'u aftūnī fī ru'yāya
in kuntum lir-ru'yā ta‘burūn(a).
Raja berkata (kepada
para pemuka kaumnya), “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi yang
gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus serta tujuh tangkai (gandum) yang
hijau (dan tujuh tangkai) lainnya yang kering. Wahai para pemuka kaum,
jelaskanlah kepadaku tentang mimpiku itu jika kamu dapat menakwilkannya!”